Rabu 12 Jan 2022 20:03 WIB

Selain Kurang Informatif, Operasi Pasar Minyak Goreng Subsidi Dinilai Sangat Terbatas

Warga yang menerimanya sangat terbatas karena stoknya sedikit,

Rep: eva rianti/ Red: Hiru Muhammad
 Warga mengantre minyak goreng selama operasi pasar pemerintah untuk menekan kenaikan harga minyak goreng di Pamulang, Tanggerang, Banten, 11 Januari 2022. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) indeks harga konsumen naik menjadi 1,87 persen tahun ini. -on-year pada Desember 2021. Sementara itu, Bank Indonesia (BI), memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2022 pada kisaran 4,7-5,5 persen naik dari 3,2-4,0 persen pada 2021.
Foto: EPA-EFE/Bagus Indahono
Warga mengantre minyak goreng selama operasi pasar pemerintah untuk menekan kenaikan harga minyak goreng di Pamulang, Tanggerang, Banten, 11 Januari 2022. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) indeks harga konsumen naik menjadi 1,87 persen tahun ini. -on-year pada Desember 2021. Sementara itu, Bank Indonesia (BI), memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2022 pada kisaran 4,7-5,5 persen naik dari 3,2-4,0 persen pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN--Sejumlah warga Tangerang Selatan (Tangsel) mengaku tidak mendapatkan minyak goreng subsidi seharga Rp 14 ribu per liter yang menjadi program dari Kementerian Perdagangan, Pemerintah Provinsi Banten, dan Pemerintah Kota Tangsel. Sebagian besar mengatakan, warga yang menerimanya sangat terbatas karena stoknya sedikit, di samping operasi pasar yang dinilai kurang informatif. 

Pemerintah Kota Tangsel diketahui telah mengadakan operasi pasar minyak goreng murah di Kantor Kecamatan Pamulang pada Selasa (11/1) lalu. Stok minyak goreng yang tersedia sebanyak 4.000 liter dengan jatah per kepala 2 liter seharga Rp 28 ribu. Warga Tangsel dari wilayah manapun diperbolehkan untuk membeli minyak goreng murah tersebut. 

Baca Juga

Lila (34 tahun), salah satu warga Tangsel yang memiliki usaha warung makan mengatakan dirinya tidak mendapatkan minyak goreng murah dalam operasi pasar tersebut. Bahkan dia mengaku tidak memperoleh informasi itu. 

"Enggak dapat (minyak goreng murah). Enggak dapat (informasi adanya operasi pasar minyak goreng subsidi). Infonya sih itu yang dapat terbatas, cuma sedikit. Informasi di grup RT juga enggak ada," kata Lila saat ditemui Republika di Jalan Maruga Raya, Ciputat, tepat di seberang Puspemkot Tangsel, Kamis (12/1). 

Lila menuturkan, harga minyak goreng yang dipatok dalam operasi pasar tersebut dinilai jauh dibandingkan dengan harga di pasaran. Sehingga dia berharap diadakan kembali operasi pasar murah semacam itu untuk meringankan beban akan tingginya harga bahan pokok belakangan ini.  "Lumayan lah dapat Rp28 ribu per 2 liter itu. Harapannya bisa diadakan lagi, kalau di pasar kan mahal bisa Rp 42 ribu," ujarnya. 

Dia bercerita, sejak harga minyak goreng tinggi, yakni pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022, dirinya terpaksa melakukan penyesuaian harga pada barang dagangannya. Yakni, harga nasi uduk yang dijajakannya pada awalnya Rp15 ribu dinaikkan Rp 1.000 menjadi Rp16 ribu, juga gorengan yang awalnya Rp 5.000 untuk empat gorengan menjadi Rp2.000 per satu gorengan. "Jadi berpengaruh sih harga minyak yang naik sama harga dagangan saya," katanya. 

Dia berharap, informasi terkait operasi pasar dapat lebih informatif dan terbuka sehingga tidak hanya kalangan tertentu yang memperoleh manfaatnya. Namun, lebih lanjut, Lila juga mendorong pemerintah agar dapat melakukan kebijakan yang dapat menurunkan kembali harga bahan pokok yang meningkat di pasaran. 

Rudi (33), warga Tangsel lainnya yang merupakan penjual gorengan mengatakan juga tidak mendapatkan informasi adanya operasi pasar minyak goreng murah yang diadakan di Pamulang, Selasa lalu. Dia menyayangkan hal tersebut dan berharap memperoleh bahan pokok dari operasi pasar yang notabene harganya lebih terjangkau. 

"Saya enggak dapat. Kalau bisa ya ada surat edaran hingga ke tingkat RT, lalu diinformasikan ke warga oleh RT, jadi biar tahu informasinya. Harga minyak goreng yang murah tentu sangat bermanfaat buat saya yang tukang gorengan," tuturnya. 

Meski begitu, Rudi berpendapat seharusnya operasi pasar minyak goreng tidak hanya diadakan di satu titik. Pasalnya, lokasi operasi pasar yang jauh akan membuat enggan untuk menjangkaunya. "Ya kalau bisa mah di banyak titik ya. Atau kalau bisa sih malah lebih bagus kalau harga di pasaran kembali normal karena kami lebih bisa menjangkau ke pasar terdekat," katanya. 

Dihubungi terpisah, Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Tangsel Heru Agus Santoso mengatakan, pihaknya memang baru menggelar operasi pasar minyak goreng di satu titik, yakni di Kantor Kecamatan Pamulang. Dia berujar tengah melakukan koordinasi untuk memperoleh kembali jatah dari Pemerintah Pusat dalam pengadaan operasi pasar berikutnya. "Untuk sampai hari ini 4.000 liter. Kita lagi koordinasi kepada Pemerintah Pusat melalui Provinsi Banten untuk mendapatkan alokasi lagi untuk operasi pasar. Di luar itu kita juga berusaha untuk akses distributor yang bisa melaksanakan operasi pasar," ujar Heru.

Lebih lanjut dia mengatakan akan mengikuti kebijakan pemerintah pusat dalam menangani harga bahan pokok yang notabene naik. "Kita nunggu informasi lebih lanjut kebijakan dari pusat apakah nanti sistemnya operasi pasar ke masing-masing titik atau langsung nanti kebijakan untuk menurunkan harga langsung ke produsen, sehingga nanti harga di lapangan bisa menyesuaikan turun sesuai target dari pemerintah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement