Selasa 13 Sep 2022 14:29 WIB

Bangunan Tua di Kota Bandung, Peninggalan Kejayaan Indonesia di Konferensi Asia Afrika

Pada 1955 Bandung ditunjuk menjadi tuan rumah KAA.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
.
.

Gedung Merdeka tempat berlangsungnya KAA 1955.
Gedung Merdeka tempat berlangsungnya KAA 1955.

KURUSETRA -- Salam Sedulur.. Bandung pada 1955 menjadi lokasi digelarnya Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955. Saat itu Bandung dijuluki sebagai Kota Kembang. Di era Kolonial Belanda Bandung dijuluki sebagai Parijs van Java atau Parisnya Jawa.

Belanda sejak abad ke-19 ingin memperlihatkan daerah-daerah yang mereka taklukkan dan kuasai pada para pelancong di Eropa. Misalnya di Jawa, selain Bandung, mereka gunakan istilah Switzerland van Java untuk Garut, Venetie van Java untuk Batavia, dan Brava van Java untuk Semarang. Semuanya merupakan nama-nama tempat hiburan terkenal di Eropa.

BACA JUGA: Apakah Anda Berhak Dapat BSU/BLT Kenaikan BBM Rp 600.000? Cek Nama Anda di Sini

Seperti di Bandung, mereka membangun hotel-hotel dan tempat hiburan untuk warga Eropa. Seperti gedung Merdeka di Jl Asia Afrika, dulu merupakan Societet Concordia yang dibangun 126 tahun lalu (1879) oleh arsitektur terkenal Belanda, Prof Ir CP Wolf Schoemaker. Di Batavia juga terdapat gedung hiburan Concordia, yang kini jadi bagian sayap kiri Departemen Keuangan di Lapangan Banteng.

Concordia kala itu merupakan tempat berkumpul dan bersenang-senang sekelompok warga Belanda tertentu. Di gedung ini, dengan membawa pasangan masing-masing, mereka berdansa sambil menikmati hiburan musik dan berbagai pertunjukan.

BACA JUGA: Download GB WhatsApp (GB WA) Update Versi September 2022: Aman, Cepat, dan Mudah

Hanya opsir berpangkat letnan II ke atas serta segelintir golongan menak yang boleh memasuki gedung itu. Pada zaman Jepang (1942-1945), gedung Concordia Bandung juga digunakan untuk tempat pertemuan perwira Jepang. Namanya diubah menjadi Dai Toa.


Menjelang KTT AA 1955, Concordia kebangsaan Kota Bandung tempo doeloe disulap menjadi tempat sidang. Namanya diganti menjadi Gedung Merdeka. Gedung Dana Pensiun dipoles menjadi gedung Dwi Warna.

Hotel-hotel terkenal seperti Homann, Preanger, Astoria, Orient, tampak berwajah cerah setelah dipoles. Bungalow-bungalow di sepanjang jalan Lembang dan Ckiumbuleit serta Masjid Agung Bandung dipersiapkan untuk menyambut tamu.

BACA JUGA: Liburan Hemat dan Murah, Naik Kereta dari Jakarta ke Bandung Cuman Modal Rp 17 Ribu, Begini Caranya

Akomodasi untuk 1.500 tamu peserta disiapkan di 14 hotel besar dan kecil. Jumlah itu masih harus ditambah lagi dengan 500 wartawan yang berdatangan dari berbagai negara. Sementara para ketua delegasi terdiri dari kepala negara, PM atau menteri lainnya tinggal di bungalow yang berhawa sejuk dan nyaman.

Hotel termewah kala itu, Homann, Astoria, dan Preanger, disediakan untuk staf delegasi yang akan lebih banyak membutuhkan fasilitas administrasi. Para wartawan ditempatkan di Hotel Islam Swarha dekat tempat sidang.

BACA JUGA: Tak Lengkap ke Bandung Jika Belum Menginjak Rumput Alun-Alun Masjid Raya Bandung

Hubungan Jakarta-Bandung meliputi berbagai aspeknya ditingkatkan. Lapangan terbang Kemayoran, stasiun KA, jalan raya, telepon, telegram ditingkatkan sesuai kebutuhan internasional. Kurang lebih 200 kendaraan disiapkan.

Terdiri 140 mobil sedan, 30 taksi, dan 20 bus dengan 230 sopir. Bensin disuplai perusahaan minyak Stanvac 30 ton per hari.

BACA JUGA: Asal Usul Bandung: Dari Danau Purba Jadi Tempat Dilan Jatuh Cinta


Para tamu asing selama KTT menikmati makanan Indonesia. Seperti soto, sate, dan gado-gado. Tersedia juga makanan kecil seperti klepon, pukis, lemper, pastel, kue lapis dan tak ketinggalan makanan khas Bandung: kripik oncom yang renyah. Masalah makanan ini sepenuhnya gagasan Bung Karno yang wanti-wanti agar menonjolkan identitas nasional, termasuk soal pengisi perut.

Gedung Merdeka tempat sidang diselesaikan tepat pada waktunya. Meskipun pada hari pertama sempat bocor yang menimbulkan panik besar, tapi cepat dapat diatasi. Hingga kebocoran itu tidak pernah diketahui tamu-tamu asing.

BACA JUGA: 3 Jagoan Tempat Wisata di Bandung, Ciwedey, dan Lembang yang Bikin Menyesal

Salah satu persiapan yang sulit adalah penyediaan tenaga penerjemah. Penerjemah Inggris dan Prancis, dua bahasa yang banyak digunakan negara-negara AA, tidak mudah mendapatkannya. Mereka terpaksa didatangkan dari luar negeri.

Di Jakarta kegiatan dipusatkan di Bandara Kemayoran. Ketika para peserta delegasi tiba banyak penduduk Jakarta mengelu-ngelukan mereka. Perhatian besar ditujukan pada PM Chou En Lai, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, PM India Nehru yang datang bersama putrinya, Indira Gandhi. Nasser yang tinggi besar dan murah senyum, merupakan salah satu kepala negara yang paling banyak mendapat perhatian.

BACA JUGA: Peuyeum, Makanan Khas Bandung yang Manisnya Pas untuk Temani Buka Puasa

Ketika itu, Nasser baru setahun jadi presiden. Ia menggulingkan Jenderal Mohamad Naguib. Naguib dan Nasser pada 23 Juli 1952 menurunkan Raja Farouk, seorang playboy berbadan tambun. Pada 1954, Nasser dengan dukungan para perwira muda menggulingkan atasannya itu.

Sejumlah delegasi khususnya Pakistan dan Srilanka mempersoalkan kehadiran Cina di KTT. Pro dan kontra komunis pun merebak. Tidak heran jika pidato Chou di KTT sangat dinanti-nantikan.

BACA JUGA: Ferdy Sambo Terancam Hukuman Mati, Teringat Soekarno Tandatangani Surat Eksekusi Mati Kartosuwiryo

Chou menyatakan kehadirannya di Bandung untuk mencari persatuan, bukan perbedaan. Ia juga menyatakan kebebasan beragama adalah satu prinsip yang diakui dunia modern. ”Sekalipun saya seorang atheis tapi menghormati mereka yang beragama,” katanya.

Menjelang KTT pada 11 April 1955 terjadi musibah. Pesawat Kashmir Prince milik Air India yang dicarter RRC dan membawa sebagian delegasi negara peserta jatuh di perairan Natuna. Siaran Radio Peking (kini Beijing) menuduh AS dan Koumintang (Taiwan) sengaja telah mengusahakan kecelakaan itu untuk membunuh PM Chou.

BACA JUGA: Kemarahan Soekarno Memuncak: Separuh Kekayaan Singapura Berasal dari Kerja Keras Rakyat Sumatra

Sedang PM Nehru menyatakan curiga terhadap kecelakaan pesawat milik negaranya. Masalah Hospitality Committee juga merupakan berita tersendiri, terutama dilansir surat kabar oposisi. Konon, untuk para delegasi disediakan cewek-cewek geulis.

.

TONTON VIDEO PILIHAN:

.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement