Jumat 07 Oct 2022 21:51 WIB

Dirjen Bimas Islam Ungkap Upaya Tingkatkan Kualitas Ekosistem Zakat dan Wakaf

Amil harus mampu memberdayakan mustahik sehingga dapat mandiri secara ekonomi.

Red: Hiru Muhammad
Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin mengungkapkan sejumlah upaya Kemenag untuk meningkatkan kualitas ekosistem zakat dan wakaf. Salah satunya, dengan membentuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk amil dan nazir.
Foto: istimewa
Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin mengungkapkan sejumlah upaya Kemenag untuk meningkatkan kualitas ekosistem zakat dan wakaf. Salah satunya, dengan membentuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk amil dan nazir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin mengungkapkan sejumlah upaya Kemenag untuk meningkatkan kualitas ekosistem zakat dan wakaf. Salah satunya, dengan membentuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk amil dan nazir. 

"Dengan adanya SKKNI ini, maka kualitas dari amil dan nazir sebagai ujung tombak ekosistem zakat dan wakaf diharapkan semakin baik," ujar Kamaruddin dalam acara 3rd International Fiqh Conference di Jakarta, Jumat (7/10/2022). 

Baca Juga

Kamaruddin mengemukakan, amil tidak hanya bertugas untuk mengumpulkan dana zakat semata, melainkan harus mampu memberdayakan mustahik sehingga dapat mandiri secara ekonomi.  "Saya meyakini, jika kita semua bersinergi untuk menciptakan program inovatif zakat dan wakaf, maka ini akan menjadi instrumen penting untuk meningkatkan perekonomian nasional," lanjutnya.

Ia juga menyoroti tentang masih rendahnya literasi zakat dan wakaf di Indonesia. Untuk itu, ia mengajak agar lembaga pendidikan Islam memasukkan kurikulum tentang zakat dan wakaf. 

"Ini menjadi tantangan yang harus dicari solusinya, bagaimana agar literasi zakat dan wakaf umat Islam di Indonesia semakin meningkat," tuturnya. 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ لَكَ الْمُخَلَّفُوْنَ مِنَ الْاَعْرَابِ شَغَلَتْنَآ اَمْوَالُنَا وَاَهْلُوْنَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا ۚيَقُوْلُوْنَ بِاَلْسِنَتِهِمْ مَّا لَيْسَ فِيْ قُلُوْبِهِمْۗ قُلْ فَمَنْ يَّمْلِكُ لَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا اِنْ اَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا اَوْ اَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا ۗبَلْ كَانَ اللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan berkata kepadamu, “Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami.” Mereka mengucapkan sesuatu dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki bencana terhadap kamu atau jika Dia menghendaki keuntungan bagimu? Sungguh, Allah Mahateliti dengan apa yang kamu kerjakan.”

(QS. Al-Fath ayat 11)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement