Ahad 23 Oct 2022 00:21 WIB

Si Burung Hitam, Seniman Muslim Serba Bisa Asal Baghdad

Dia tak hanya merevolusi musik, tetapi juga gaya hidup dan fashion.

Rep: mgrol135/ Red: Ani Nursalikah
 Ziryab dan alat musiknya (ilustrasi). Si Burung Hitam, Seniman Muslim Serba Bisa Asal Baghdad
Foto: Archive.thedailystar.ne
Ziryab dan alat musiknya (ilustrasi). Si Burung Hitam, Seniman Muslim Serba Bisa Asal Baghdad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abul-Hasan Ali Ibn Nafí, yang dikenal sebagai Ziryab, lahir di Irak pada 789. Dia dijuluki Ziryab atau Burung Hitam karena suaranya yang indah dan kulitnya yang gelap.

 

Baca Juga

Dia adalah murid berbakat dari Ishaq al-Mawsili, seorang musisi terkenal di Baghdad dan favorit Khalifah Abbasiyah Harun Al-Rashid. Bakat dan keunggulan Ziryab dalam musik perlahan mulai mengambil alih posisi gurunya. Hal ini membawanya dekat dengan Khalifah dan istananya.

Al-Hakem, Khalifah Umayyah dan ayah dari Abd-Al-Rahman II mengundangnya ke Andalusia. Pada saat itu, Ziryab menetap di Kordoba pada tahun 822, di istana Khalifah Abd-Al-Rahman II. Kedatangannya bertepatan dengan keinginan yang diberikan oleh Abd-Al-Rahman II untuk kehidupan budaya baru, membawa Andalusia ke peradaban baru.

Di Kordoba, Ziryab menemukan kemakmuran, pengakuan atas seninya, dan ketenaran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia menjadi penghibur istana dengan gaji bulanan 200 dinar emas di samping banyak hak istimewa.

 

Promosi ini memberinya kesempatan besar untuk menyalurkan bakat dan kreasinya tanpa batasan apa pun. Dia tidak hanya merevolusi musik tetapi juga membuat perbaikan yang signifikan untuk gaya hidup dan fashion.

 

Di bidang musik, ia adalah orang pertama yang memperkenalkan kecapi (Al-U’d) ke Spanyol dan Eropa. Dengan Al-Kindi, ia melakukan penambahan senar bass kelima dan menggantikan plektrum kayu untuk pena elang. Di Spanyol, serta Afrika Utara, ia mengganti sistem nyanyian Madinah dengan Irak.

 

Dia kemudian mendirikan konservatori pertama di dunia, yang mencakup pelajaran harmoni dan komposisi dan berkembang lebih jauh di abad-abad berikutnya. Ia menata ulang teori musik sepenuhnya, membebaskan parameter metris dan ritmis dan menciptakan cara ekspresi baru (rangkaian mwashah, zajal, dan nawbah).

 

Banyak orang, seperti Julian Ribera, bahkan mempertahankan bahwa tandingan dan polifoni pertama kali dikembangkan di Konservatorium Kordoba sekitar tahun 1000 M. Ziryab diketahui menyusun repertoar dengan 24 Nawbaat (vokal dan instrumental suite). Setiap Nuba adalah gabungan dari potongan vokal dan instrumental yang diatur dalam sembilan gerakan dan setiap gerakan memiliki ritmenya sendiri.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement