Surat Terbuka Waketum MUI untuk PBB dan Lembaga Dunia Terkait Ukraina
MUI mendesak PBB mencegah peperangan lebih lanjut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas melayangkan surat terbuka untuk Sekjen PBB dan lembaga-lembaga dunia. Melalui surat terbuka itu, MUI meminta PBB dan lembaga lainnya untuk turun tangan mencegah kemungkinan buruk terjadi akibat perang Rusia dan Ukraina.
“Ketegangan politik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina benar-benar telah membuat kita cemas, karena dampaknya selain akan menelan korban jiwa manusia, tentu juga akan mempengaruhi keadaan perekonomian dunia,” kata Anwar Abbas dalam siaran pers, Jumat (25/2/2022).
Karena kondisi ini, kata dia, perdagangan atau ekspor impor ke dan dari kedua negara tersebut tentu jelas-jelas akan terganggu sehingga gerak dan perkembangan ekonomi dunia tentu akan melambat. “Untuk itu, MUI mendesak PBB dan lembaga-lembaga dunia lainnya untuk turun tangan mencegah terjadinya permusuhan dan peperangan yang berkelanjutan di antara kedua negara tersebut,” kata Anwar.
Penyelesaian masalah antara kedua negara tuturnya, bisa dilakukan lewat jalur politik dan perundingan untuk lebih membawa mashlahat, tidak hanya bagi rakyat dan militer dari kedua negara tapi juga bagi masyarakat dunia secara keseluruhannya. Apalagi ujarnya, Amerika dan sekutu-sekutunya, serta china dan negara-negara yang ada di kelompoknya di pihak lain, tentu juga tidak akan tinggal diam karena mereka tentu juga tidak mau program ekonomi dan politiknya terganggu dan terusik.
“Untuk itu sebelum banyak korban berjatuhan dikedua belah pihak serta bencana dan malapetaka akan menimpa banyak pihak di muka bumi ini, maka MUI menghimbau PBB dan lembaga-lembaga serta masyakat dunia lainnya untuk sesegera mungkin bertindak bagi mencegah hal-hal yang tidak kita inginkan ini terjadi,” ujarnya.
“Mari secara bersama-sama dapat menemukan langkah-langkah konkrit yang benar-benar solutif bagi penyelesaian konflik yang terjadi antara kedua negara, sehingga hubungan baik antara kedua negara tersebut bisa pulih kembali sesuai dengan yang kita harapkan bersama,” tambahnya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negaranya siap melakukan pembicaraan dengan Ukraina. Namun, angkatan bersenjata Ukraina harus terlebih dulu meletakkan senjata mereka dan menyerah.
“Kami siap untuk negosiasi kapan saja, segera setelah angkatan bersenjata Ukraina menanggapi seruan kami dan meletakkan senjata mereka,” kata Lavrov dalam sebuah konferensi pers di Moskow, Jumat (25/2), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Lavron kembali menegaskan bahwa Rusia tidak memiliki intensi menduduki atau menguasai Ukraina. “(Presiden Vladimir Putin) mengambil keputusan melakukan operasi militer khusus dengan tujuan demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina, sehingga dibebaskan dari penindasan. Warga Ukraina sendiri dapat dengan bebas menentukan masa depan mereka,” ucapnya.
Dia pun membantah laporan bahwa serangan Rusia ke Ukraina telah menargetkan infrastruktur sipil. Militer Ukraina, pada Jumat, melaporkan bahwa pasukan Rusia kian mendekat ke Kiev. Wilayah ibu kota Ukraina itu juga diguncang beberapa serangan roket pada Jumat dini hari. “Pasukan serangan udara dari angkatan bersenjata Ukraina bertempur di daerah pemukiman Dymer dan Invankiv,” kata militer Ukraina lewat laman Facebook-nya.