Tidur Lagi Setelah Alarm Bunyi Bisa Jadi Penanda Kondisi Ini

Terbiasa menggeser alarm buruk bagi kesehatan.

Republika.co.id
Bangun tanpa mematikan alarm berulang. Kebiasaan menekan tombol tunda adalah tanda kelelahan kronis.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang tidak langsung bangun dengan penuh kesadaran saat alarm berbunyi di pagi hari. Ada saja yang menekan tombol tunda alarm (snooze) demi mendapat waktu tidur ekstra.

Ternyata, menurut studi ilmiah, mencoba tidur kembali selama beberapa menit setelah terjaga di pagi hari bisa menjadi penanda kondisi kelelahan kronis.  Hal itu terungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sleep.

Tim periset mempelajari kondisi 450 orang peserta yang memiliki pekerjaan penuh waktu. Peserta diminta mengisi survei harian dan kuesioner tentang informasi demografis dasar, serta kepribadian dan suasana hati.

Untuk mendapat data yang akurat, peserta studi juga diminta memakai perangkat yang mengukur durasi tidur dan detak jantung di malam hari, serta menghitung jumlah langkah saat beraktivitas di siang hari. Hasilnya, 57 persen peserta digolongkan sebagai orang yang kerap menekan tombol tunda alarm.

Temuan studi juga mengungkap bahwa kaum hawa 50 persen lebih mungkin untuk tidur kembali dibandingkan pria. Para peneliti dari University of Notre Dame di Amerika Serikat mengatakan kebiasaan menekan tombol tunda adalah tanda kelelahan kronis.

Penulis utama studi, Stephen Mattingly, menjelaskan bahwa penelitiannya meninjau data tentang tidur, stres, serta perilaku terkait. Lembaga medis umumnya tidak menyarankan penggunaan tombol tunda alarm, tetapi belum ada data akurat mengenai alasannya.

Baca Juga



"Kami sekarang memiliki data untuk membuktikan seberapa umum itu, dan masih banyak yang tidak kami ketahui. Begitu banyak orang yang ingin kembali tertidur karena begitu banyak orang yang kelelahan kronis," kata Mattingly.

Mattingly memperkirakan sekitar sepertiga dari orang dewasa di dunia mengalami masalah tidur dalam beberapa skala. Jika satu dari tiga orang tidak cukup tidur, itu berarti banyak yang beralih ke cara lain untuk mengatasi kelelahan.

Studi tersebut juga menemukan ketika partisipan terbangun secara alami, tanpa bantuan alarm, mereka tidur lebih lama dan mengonsumsi lebih sedikit kafein. Mattingly menambahkan, ketika seseorang bisa tidur selama yang diinginkan, tubuh mengalami respons stres tepat sebelum bangun.

Respons fisiologis itu berkontribusi pada perasaan waspada ketika seseorang bangun. Mengganggu siklus tidur alami dengan alarm dapat menyebabkan inersia tidur, yakni perasaan lelah atau pening.

"Ketika seseorang bangun dari kondisi tidur rapid eye movement (REM), otak hampir sepenuhnya terjaga. Tingkat hormon yang beredar pada tahap itu akan berbeda dari saat Anda tidur nyenyak," ucap Mattingly, dikutip dari laman Express, Selasa (13/12/2022).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler