Penyembelihan, Pemotongan, dan Penyimpanan Tepat, Daging Kurban Dijamin tidak Alot dan Bau
Daging kurban bisa alot dan bau jika salah dalam menanganinya sejak pemotongan.
ANTARA/Asep Fathulrahman
Rep: Arie Lukihardianti Red: Reiny Dwinanda
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala UPTD Rumah Sakit Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar, Yoni Darmawan, ada beberapa tips yang penting untuk masyarakat ketahui dalam pengolahan daging kurban. Pertama, diawali dari proses pemotongannya.
"Jadi kalau pemotongan hewan kurban kalau di kita lihat biasanya itu kan ngantre, jadi sebaiknya ternak yang mau dipotong itu tidak melihat atau tidak mendengar waktu temannya dipotong karena ini salah satu penyebab stres juga pada ternak jadi sebisa mungkin ada penghalang jadi tidak langsung melihat," ujar Yoni di acara diskusi Gaspol PWI Pokja Gedung Sate di Hotel Citarum, Bandung, Senin (26/6/2023).
Menurut Yoni, jika hewan ternak tersebut mengalami stres maka akan sangat memengaruhi terhadap kualitas daging. Daging kurban yang alot dan warnanya lebih gelap itu biasanya mengalami pelayuan daging.
Salah satu contohnya, kata dia, Rumah Potong Hewan (RPH) yang bagus adalah mereka yang paham betul setiap proses penyembelian hewan ternak.
"Jadi daging yang bagus itu kalau di Rumah Potong Hewan (RPH) yang bagus, setelah dipotong, dikuliti, kemudian dikeluarkan jeroannya itu minimal daging diistirahatkan dulu di suhu ruangan yang dingin biar protein ototnya ini tidak kaku," kata Yoni.
Yoni mencermati, panitia di banyak tempat pemotongan hewan kurban memotong daging lalu menumpuknya tanpa dikuliti. Hewan ternak yang telah melalui proses pemotongan, menurut dia, harus buru-buru dikeluarkan bagian organ dalam atau jeroannya.
Setelah itu, daging kurban digantung dan diistirahatkan terlebih dahulu selama kurang lebih satu jam. Usai melewati tahapan tersebut, daging baru dapat dipotong-potong menjadi bagian kecil.
"Apabila jeroan tidak dikeluarkan, dalam waktu satu-dua jam itu akan mempercepat proses pembusukan di dalam, jadi biasanya akan bau," katanya.
Yoni juga mengingatkan agar saat melakukan pemotongan daging kurban menjadi bagian lebih kecil dilakukan di tempat yang bersih.
"Ini kan daging untuk dibagikan ke masyarakat, jangan sampai nanti daging kurban ini malah jadi kasus keracunan karena dagingnya kotor disimpan di tanah, akhirnya ada bakteri yang bisa menyebabkan keracunan," katanya.
Untuk proses pendistribusian, menurutnya Yoni, pihaknya menyarankan untuk dibungkus menggunakan kantong kresek ramah lingkungan. Ia tak terlalu merekomendasikan penggunaan besek.
"Sebenarnya agak takut juga pakai besek, di situ kan banyak pori-porinya, itu kan daging kadang suka ada darah atau cairan itu kan banyak pori-pori bambu takutnya di situ jadi tempat berkembang biak bakteri pembusuk daging," paparnya.
Baca Juga
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler