Anjuran Berbahagia di Hari Kelahiran Nabi Muhammad dan Siksaan Abu Lahab
Kelahiran Nabi Muhammad merupakan kebahagiaan semua makhluk.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kenapa umat Islam dianjurkan bergembira setiap menyambut Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad saw? Ternyata ada cerita tersendiri di balik lahirnya tradisi-tradisi yang dibagun oleh para ulama ini.
Sebagaimana disebutkan dalam Quran Surat Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah (Muhammad), ”Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Diriwayatkan oleh Abu Syaikh bahwa Abdullah bin Abbas menafsirkan karunia Allah adalah agama Islam dan rahmat terbesar dari Allah untuk umat-Nya adalah Nabi Muhammad Saw. Beliau diutus ke muka bumi sebagai rahmat untuk seluruh alam. Bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk seluruh makhluk. Allah Swt. berfirman dalam Surat Al-Anbiya' ayat 107:
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
Mawardi Imron dalam bukunya “45 Kisah Inspiratif menuju Pribadi yang Arif” menyebutkan bahwa surat Yunus ayat 58 ini bisa menjadi dasar dianjurkannya berbahagia bagi umat Islam dalam menyambut Maulid Nabi saw.
Lihat halaman berikutnya >>>
Ungkapan suka cita ini telah dibangun oleh para ulama terdahulu dengan berbagai macam perayaan yang bisa dilakukan oleh umat Islam, yang tidak bertentangan dengan syariat, di setiap datangnya 12 Rabiul Awal. Hari yang disepakati oleh para ulama sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad saw.
Meskipun merayakan Maulid Nabi bukanlah hal yang wajib melainkan anjuran saja, namun ternyata anjuran ini adalah agar kita umatnya, mendapatkan keberkahan dengan kita bersukacita di setiap hari kelahiran Nabi saw.
Sebagaimana Allah swt juga meringankan siksaan Abu Lahab, di setiap hari senin, karena sukacitanya sebagai paman yang bergembira atas kelahiran keponakannya, Muhammad saw.
Abu Lahab bahkan memerdekakan budaknya, Tsuwaibah Al-Islamiyah, karena dialah orang pertama yang mengabari Abu Lahab tentang lahirnya Muhammad bin Abdullah. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Saw tidak menaruh dendam sedikitpun pada pamannya tersebut. Berkali-kali beliau disakiti, tetap saja bersabar atas perlakuan pamannya itu.
Imam As-Sahimi bercerita bahwa setahun setelah meninggalnya Abu Lahab, dia datang ke dalam mimpi saudaranya, Abbas Bin Abdul Muthalib. Dalam mimpinya Sayyidina Abbas melihat Abu Lahab dalam keadaan sangat mengenaskan. Lalu beliau bertanya tentang bagaimana keadaan saudaranya tersebut di alam barzakh.
"Tiada henti-henti aku disiksa sebagai balasan amal burukku di dunia. Hanya saja setiap hari senin intensitas siksa yang diberikan padaku menurun. Aku mendapatkan dispensasi siksa dan mata air penghilang dahaga. Dari bawah ibu jariku memancar air yang dapat kuminum. Rahmat Tuhan tersebut hanya berlaku pada hari senin. Dimana pada hari itu dulu aku merasa gembira atas kelahiran keponakanku (Nabi Muhammad). Bahkan dari saking gembiranya aku sampai memerdekakan budakku,” jawab Abu Lahab.
Ternyata kegembiraan Abu Lahab atas lahirnya Nabi Muhammad mendatangkan keringanan siksa baginya. Padahal jelas-jelas namanya sudah tercantum dalam Alqur'an bahwa dirinya kekal di neraka. Bagaimana dengan umat islam yang bergembira di hari lahirnya beliau? Tentunya akan melebihi apa yang diberikan pada Abu Lahab.
Dulu Abu Lahab senang atas lahirnya Nabi Muhammad bukan karena beliau seorang nabi, tapi karena beliau adalah anak saudaranya, Abdullah. Tetap saja ia mendapatkan keringanan siksa setiap hari senin.