3 Upaya Pembunuhan Nabi Muhammad SAW yang Digagalkan Allah SWT

Orang-orang kafir terus berusaha membunuh Nabi Muhammad SAW

Dok Republika
Nabi Muhammad (ilustrasi). Orang-orang kafir terus berusaha membunuh Nabi Muhammad SAW
Rep: Rossi Handayani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Semasa hidup Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau ﷺ menghadapi berbagai macam cobaan, termasuk upaya pembunuhan terhadapnya oleh orang-orang kafir. 

Baca Juga


Akan tetapi, dalam beberapa upaya pembunuhan Rasulullah ﷺ, beliau senantiasa diberikan perlindungan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.  

Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab ar-rahiq al-Makhtum, berikut tiga upaya yang dilakukan untuk membunuh Nabi Muhammad ﷺ. 

1. Upaya pembunuhan Nabi Muhammad oleh Abu Jahal 

Kaum kafir Quraisy selalu berupaya untuk menggagalkan dakwah Nabi Muhammad ﷺ, termasuk dengan penindasan dan penyiksaan. Selain itu, mereka juga berupaya membunuh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

Setelah berbagai kegagalan dialami oleh kaum kafir Quraisy. Akhirnya sampailah mereka pada keputusan untuk membunuh Rasulullah ﷺ. 

Disebutkan dalam beberapa riwayat beberapa upaya dari tokoh-tokoh kafir Quraisy untuk membunuh Rasulullah ﷺ.  

Namun, upaya-upaya merekapun menemukan kegagalan pula karena Allah Ta'ala selalu melindungi hamba yang paling dikasihi-Nya tersebut.  

Di antara riwayat yang terkenal dalam hal ini adalah upaya Abu Jahal yang hendak melemparkan batu jika Rasulullah ﷺ sedang sujud dalam sholatnya.  

Pada hari yang telah ditentukan, sebagaimana biasa Rasulullah ﷺ datang ke Kabah untuk sholat. Kemudian sebagaimana rencana semula, Abu Jahal mengambil sebongkah batu lalu menghampiri Rasulullah ﷺ untuk menimpakan batu tersebut ke atas kepalanya.  

Baca juga: 10 Peluang Pintu Langit Terbuka Lebar, Doa yang Dipanjatkan Insya Allah Dikabulkan

Namun, tak beberapa lama kemudian dia sudah kembali menemui kawan-kawannya dalam keadaan pucat pasi.  “Ada apa wahai Abulhakam (Abu Jahal)?” tanya teman-temannya keheranan.  

“Ketika aku akan melakukan rencanaku dan hampir mendekatinya, ternyata ada seekor unta yang sangat besar menghalangiku. Unta tersebut sangat besar. Belum pernah aku melihat unta sebesar dan seganas itu, hampir-hampir dia menerkamku,” jawab Abu Jahal.  

2. Upaya pembunuhan... 

2. Upaya pembunuhan Nabi Muhammad ﷺ sebelum hijrah 

Pada Kamis 26 Shafar tahun 14 kenabian, diadakan pertemuan yang paling penting dalam sejarah suku Quraisy di Daarunnadwah, tempat yang biasa mereka pergunakan untuk bermusyawarah membicarakan masalah-masalah penting di tengah masyarakat.  

Pada pertemuan tersebut, semua utusan dari suku-suku Quraisy berupaya memadamkan cahaya dakwah yang dibawa Rasulullah ﷺ. 

Hadir pula dalam pertemuan tersebut, seorang tua yang mengaku dirinya sebagai orang tua dari Nadj, sebenarnya dia adalah setan yang menyerupai manusia. 

Setelah berembuk sekian lama, akhirnya mereka sampai pada kesepakatan untuk membunuh Rasulullah ﷺ. 

Kesepakatan itu diambil setelah Abu Jahal menyampaikan pendapat tersebut, dengan cara setiap suku mengirimkan seorang pemudanya yang gagah perkasa serta dibekali sebilah pedang yang tajam. Kemudian mereka diperintahkan secara bersama membunuh Rasulullah ﷺ. 

Pendapat inilah yang akhirnya disepakati, dan ternyata dikuatkan oleh orang tua dari Najd tadi.  

Ketika kesepakatan membunuh Rasulullah ﷺ telah diambil, malaikat Jibril segera memberitahu Rasulullah ﷺ tentang rencana makar mereka. Dia juga memberitahukan bahwa Allah Ta'ala telah mengizinkannya untuk melakukan hijrah. Rasulullah ﷺ segera menuju rumah Abu Bakar, di siang hari yang terik dan pada waktu yang biasanya jarang orang lalu lalang.  

Baca juga: Semangka yang Jadi Simbol Perlawanan Rakyat Palestina Disebutkan dalam Alquran?

Sesampainya di rumah Abu Bakar, Rasulullah ﷺ meminta kepadanya agar tidak ada seorangpun keluarganya yang berada di dalam, karena dia akan menerangkan rencana perjalanan hijrahnya kepadanya.

Abu Bakar sangat gembira dengan dipilihnya dia sebagai teman yang mendampingi hijrah Rasulullah ﷺ. Setelah itu Rasulullah ﷺ kembali ke rumahnya, menunggu datangnya malam. 

Pada saat yang bersamaan para pembesar suku Quraisy sudah bersiap-siap untuk melaksanakan rencana mereka. 

Rencana sudah mereka susun di siang harinya secara matang. Mereka telah memilih 11 orang dari masing-masing suku untuk menunaikan tugas tersebut.  

Ketika gelap malam mulai tiba.. 

Ketika gelap malam mulai tiba, mereka bergerak dengan mengintai rumah Rasulullah ﷺ, jika mereka melihat beliau telah tertidur, eksekusi tersebut akan mereka lakukan. 

Berdasarkan kesepakatan, eksekusi tersebut akan mereka lakukan pada pertengahan malam. Mereka sangat yakin ekskusi tersebut akan berhasil dilaksanakan.  

Namun, di balik semua itu ada Allah Ta'ala yang selalu melindungi hamba-Nya dan berbuat sesuai kehendak-Nya. Dia berfirman:  

وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ  اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗ وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya” (QS al-Anfal ayat 30)  

Maka pada waktu yang sangat kritis tersebut, Rasulullah SAW memerintahkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahuanhu untuk tidur di tempat tidurnya dengan menggunakan selimut yang biasa beliau gunakan.  

Setelah itu Rasulullah ﷺ keluar menerobos kepungan mereka yang saat itu penglihatannya Allah cabut sehingga tidak melihat Rasulullah ﷺ. Bahkan beliau ﷺ sempat mengambil tanah dalam dua genggam tangannya dan menuangkannya di atas kepala-kepala mereka. 

وَجَعَلۡنَا مِنۡۢ بَيۡنِ اَيۡدِيۡهِمۡ سَدًّا وَّمِنۡ خَللۡفِهِمۡ سَدًّا فَاَغۡشَيۡنٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُوۡنَ 

“Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat” (QS. Yasin ayat 9).

Kemudian pada malam itu juga, Rasulullah ﷺ berjalan menuju rumah Abu Bakar Radhiyallahuanhu. Sementara, para pengepung rumah Rasulullah ﷺ masih menunggu-nunggu waktu pelaksanaan ekskusi tersebut. Namun, seseorang datang melewati tempat mereka, seraya bertanya: “Apa yang kalian tunggu?”, mereka menjawab : “Muhammad”, orang tersebut lantas berkata: “kalian telah tertipu dan gagal, demi Allah, dia telah pergi meninggalkan kalian, dan dia telah menuangkan debu di atas kepala kalian”. Mereka berkata : “Demi Allah, kami tidak melihatnya”, lalu mereka membersihkan debu dari kepala mereka. 

Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini

Mereka segera masuk ke rumah dan melihat ada seseorang yang sedang tidur. Mereka mengira bahwa dia adalah Rasulullah ﷺ yang sedang tidur dibalik selimutnya. Namun, ternyata yang tidur di tempat itu adalah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu.  

3. Upaya pembunuhan Nabi Muhammad ﷺ dalam Perang Uhud 

Dalam peristiwa Perang Uhud, keadaan kaum Muslimin sempat terdesak oleh kaum musyrikin. Kaum Muslimin terkepung dari arah depan dan belakang, bahkan tidak ada pasukan pemanah yang melindungi. Saat itu lah menjadi hari paling genting yang dihadapi Nabi Muhammad ﷺ. 

Saat itu Rasulullah ﷺ dikelilingi oleh sekelompok kecil pasukan kaum muslimin yang berjumlah sembilan orang sahabat di barisan belakang pasukan kaum muslimin. Melihat pasukannya terdesak, Rasulullah ﷺ segera berteriak kepada Mereka, “Wahai hamba-hamba Allah.” 

Rasulullah ﷺ tahu bahwa...  

Rasulullah ﷺ tahu bahwa suaranya akan lebih dahulu di dengar oleh orang kafir sebelum pasukan kaum Muslimin. 

Maka serta-merta pasukan kaum kafir yang mendengar suara Rasulullah ﷺ, segera mencarinya untuk membunuhnya. Sebab dengan membunuh Rasulullah ﷺ, peperangan ini dapat mereka menangkan.  

Saat itulah muncul isu di tengah pasukan kaum Muslimin, bahwa Rasulullah ﷺ telah terbunuh. Sebagian kaum Muslimin langsung jatuh mentalnya, di antara mereka ada yang melempar senjatanya dan menyerah, bahkan ada yang berpikir untuk minta perlindungan kepada Abdullah bin Ubay.  

Namun ada sejumlah sahabat yang segera meluruskan keadaan, di antaranya Anas bin Nadhir. Ketika beliau menemukan mereka yang sudah patah semangat, beliau berkata, “Apa yang kalian tunggu?” “Rasulullah ﷺ telah terbunuh,” jawab mereka. “Kalau begitu untuk apa lagi kalian hidup setelah kematiannya, matilah kalian sebagaimana matinya Rasulullah ﷺ!” jawab Anas.

Demikianlah para sahabat kembali memompa semangat juang kaum Muslimin, sehingga mereka kembali sadarkan diri, semangat dan keberanian mereka bangkit lagi. 

Lalu mereka ambil lagi senjata senjata mereka untuk membendung laju pasukan kafir yang saat itu sedang menuju markas Rasulullah ﷺ.  

Sembilan orang sahabat yang melindungi Rasulullah ﷺ berjuang mati-matian untuk menangkis setiap serangan yang diarahkan kepada beliau ﷺ. 

Akhirnya satu demi satu mereka berguguran. Tinggallah dua orang yang berada di sisi Rasulullah ﷺ yaitu Talhah bin Ubaidillah dan Sa'ad bin Abi Waqash. Keduanya melindungi mati-matian Rasulullah ﷺ dari serangan kaum musyrikin. Hari itu merupakan hari yang paling genting dalam kehidupan Rasulullah ﷺ.  

Akhirnya tak urung juga, akibat serangan yang bertubi-tubi, Rasulullah ﷺ mengalami luka di bagian pelipis dan rahangnya, sehingga darah segar mengucur dari wajahnya. Saat itu Rasulullah ﷺ bersabda, “Bagaimanakah suatu kaum akan selamat kalau mereka telah melukai Nabi mereka?” Saat itu Allah SWT turunkan ayat-Nya: 

 لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَاِنَّهُمْ ظٰلِمُوْننَ

“Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim” (QS Ali Imran ayat 128).

Rasulullah ﷺ pun berdoa untuk mereka, “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui." 

Seketika itu, pasukan kaum Muslimin mendatangi Rasulullah ﷺ yang sedang terkepung oleh kaum musyrikin. 

Mereka berusaha sekuat tenaga melindungi Rasulullah ﷺ dari serbuan kaum musyrikin. Di antara mereka adalah Mush'ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Sahl bin Hanif, Malik bin Sinan, Umar bin Khattab dan Abu Thalhah.  

Di tengah situasi genting tersebut, Mush'ab bin Umair yang tengah mempertaruhkan nyawanya melindungi Rasulullah ﷺ seraya membawa panji-panji kaum Muslimin, terbunuh oleh Ibnu Qami'ah yang dia kira bahwa Mush'ab adalah Rasulullah ﷺ karena wajahnya yang mirip sehingga setelah berhasil membunuhnya, Ibnu Qamiah segera berteriak, “Sungguh, Muhammad telah terbunuh!” 

Isu ini, kembali membuat pasukan kaum Muslimin panik dan mengendur semangatnya, namun pada saat yang bersamaan, hal tersebut membuat serangan kaum musyrikin menjadi kendur juga.

Baca juga: Baca Doa Ini Agar Allah SWT Satukan Kita dengan Orang Saleh dan Penghuni Surga

Melihat hal tersebut, Rasulullah ﷺ langsung menyelinap ke tengah-tengah kaum muslimin, namun beliau ﷺ meminta mereka untuk tidak memberitahu keberadaannya agar tidak disadari oleh kaum musyrikin.

Kemudian dengan teratur mereka mundur dari medan pertempuran dan berlindung di celah-celah Gunung Uhud. Kaum musyrikin yang mengetahui gerak mundur teratur pasukan kaum muslimin, segera menyerbu. Namun, dengan keberanian luar biasa para sahabat menangkis setiap serangan untuk melindungi 

Rasulullah ﷺ. Akhirnya selamatlah kaum Muslimin dari kejaran mereka. Kaum musyrik pun menghentikan pengejaran dan bersiap-siap kembali ke Makkah.     

 

Empat Makna Penting dalam Ayat Laqod Jaakum terkait Nabi Muhammad - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler