Rabi Yahudi: Kami Menangis untuk Palestina

Zionisme menyebabkan Bencana Besar (Nakba) pada 1948.

AP/Adel Hana
Warga Palestina memeriksa puing-puing Masjid Yassin yang hancur pasca terkena serangan udara zionis Israel di kamp pengungsi Shati di Kota Gaza, Senin (9/10/2023) dini hari.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM --  Penganut Yudaisme berduka atas kejahatan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina. Karena pelanggaran ini dilarang oleh agama mereka.

“Dalam agama kami, membunuh dan mencuri jelas dilarang. (Israel), sebaliknya, mendirikan negaranya dengan mengambilnya dari orang-orang Arab. Itu sebabnya kami menangis bersama orang-orang Palestina,” kata Yisroel Dovid Weiss, seorang rabi dan juru bicara  untuk Neturei Karta, sebuah kelompok yang didirikan di Yerusalem.

Baca Juga



Dalam wawancara dengan Anadolu Agency, Weiss membahas prinsip-prinsip Zionisme, ideologi pendiri negara Israel, serta kekerasan terhadap warga Palestina dan perampasan tanah. Weiss mengatakan banyak orang yang bingung dengan perbedaan antara Yudaisme dan Zionisme.

“Zionisme adalah ideologi negara Israel yang mencoba menampilkan dirinya sebagai negara Yahudi.  Mereka mengklaim bahwa mereka mewakili agama Yahudi, mereka mengklaim bahwa mereka berbicara atas nama Tuhan. Mereka mengklaim bahwa mereka adalah suara orang-orang Yahudi di seluruh dunia yang memiliki keterikatan dengan Tuhan atau Taurat.  Itu tidak benar,” kata Weiss, merujuk pada lima buku pertama kitab suci Yahudi dan Kristen.

Weiss menyoroti bahwa mereka yang menentang situasi ini sering kali dicap sebagai anti-semit atau pembenci orang Yahudi dan agamanya. Dia mengatakan, Yudaisme dan Zionisme pada dasarnya saling bertentangan.

Weiss mengatakan, Zionisme menyebabkan Bencana Besar (Nakba) pada 1948, dengan berdirinya negara Israel, yang mengakibatkan ratusan ribu warga Palestina mengungsi secara paksa. Sementara Yudaisme adalah tentang ketundukan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Yahudi dan Zionisme berbeda satu sama lain seperti bumi dan langit, saling bertentangan. Yudaisme adalah tentang ketundukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan Zionisme adalah sebutan untuk nasionalisme ekstrem yang bertujuan untuk menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan pembentukan suatu bangsa,” ujar Weiss.

Weiss menekankan pentingnya mengungkapkan rasa syukur sejalan dengan Taurat. Dia menegaskan, komunitas Yahudi menikmati kemakmuran selama berabad-abad di wilayah di bawah pemerintahan Muslim.

Mereka disambut hangat oleh umat Islam. Weiss juga mengatakan, ideologi Zionis sering kali menggunakan argumen yang tidak akurat, dengan mengklaim bahwa Muslim menyimpan kebencian terhadap Yahudi.

“Meskipun Muslim dan Yahudi telah hidup bersama selama berabad-abad, Zionis mengklaim bahwa penolakan terhadap negara mereka disebabkan oleh kebencian Muslim terhadap Yahudi.  Negara Israel, dalam segala aspek, bertindak bertentangan langsung dengan toleransi dan larangan Taurat," ujar Weiss.

“Sebagai orang Yahudi yang taat, kami berdoa kepada Tuhan setiap hari agar negara Zionis Israel segera dilenyapkan, karena menyebabkan begitu banyak pertumpahan darah di antara warga Palestina dan Yahudi.  Kami berdoa kepada Tuhan agar Palestina segera dibebaskan.  Semoga Palestina merdeka, dan semoga dunia beribadah kepada Tuhan dengan harmonis,” ujar Weiss menambahkan.

Weiss mengatakan, orang-orang Yahudi mematuhi perintah-perintah Taurat, namun ketaatan seperti itu tidak ada dalam Zionisme. Weiss mengatakan, Zionisme tidak menaati Sepuluh Perintah Taurat dan tidak menjalankan hari Sabat. Pada hari Sabat di Israel, semuanya berjalan seperti biasa. Oleh karena itu, jika Zionis menyebut diri mereka mendirikan negara Yahudi maka itu omong kosong belaka.

“Negara tidak didukung oleh agama tetapi ideologi.  Seseorang dengan bangga mengatakan kepada Zionis bahwa mereka demokratis.  Tentu saja, jika kita melihat bagaimana mereka memperlakukan orang Arab dan Muslim, mengatakan hal ini cukup menggelikan,” ujar Weiss.

Mengutip Kitab Keluaran Taurat yang terkenal, Weiss berkata;  “Kami, sebagai orang Yahudi, membuat perjanjian dengan Tuhan di Gunung Sinai untuk menaati-Nya dan tidak pernah melanggar Taurat. Perjanjian ini masih berlaku. Kami mematuhinya, sebagai orang Yahudi mengharuskannya. Namun Zionisme didirikan sekitar 150 tahun yang lalu, dan itu setara  'Wilayah Israel' dengan Yudaisme, tidak ada kaitannya dengan agama Yudaisme.”

Menurut Weiss, dalam Yudaisme pendirian negara Yahudi jelas dilarang. Weiss mengatakan, mendeklarasikan keberadaan negara Yahudi merupakan pemberontakan langsung terhadap Tuhan. 

"Ini karena kita berada dalam pengasingan tempat kita diutus oleh Tuhan.  Kita akan tetap berada dalam pengasingan itu sampai terjadi perubahan metafisik, dimana seluruh umat manusia bisa beribadah kepada Tuhan dengan harmonis,” ujar Weiss. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler