Ketua ICMI: Tingkat Kepercayaan Masyarakat di Bulan Ramadhan Meningkat
Puasa memiliki implikasi bukan hanya terhadap kesehatan.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Prof Arif Satria menyampaikan bahwa puasa memiliki implikasi bukan hanya terhadap kesehatan, tetapi juga berimplikasi sosiologi. Hal ini disampaikannya pada saat memberikan ceramah di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta.
“Ternyata pada saat bulan puasa, tingkat kepercayaan kita kepada orang lain relatif lebih tinggi daripada bulan-bulan sebelumnya,” ujar Prof Arif di Masjid Al Azhar, Jakarta, Jumat (29/3/2024) malam.
Arif menjelaskan, bahwa pada saat bulan puasa, orang-orang Mukmin akan fokus meningkatkan amal ibadah mereka, termasuk mengurangi berbohong, mencegah berkata-kata tidak baik, menyakiti, tidak menipu, maupun perbuatan-perbuatan lainnya. Sehingga pada bulan Ramadhan ini, kata dia, pikiran dan hati kita lebih tenang, karena jauh dari rasa curiga dan berprasangka buruk.
“Pada bulan puasa kita meyakini orang lain tidak akan berbohong kepada kita, orang lain tidak akan menyakiti kita, orang lain tidak akan menipu kita, sehingga suasana pada bulan puasa adalah suasana tanpa prasangka dan curiga,” tuturnya.
Dengan suasana yang seperti ini, lanjut rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, maka puasa bukan saja menyehatkan kita secara fisik, tapi batin kita pun ikut sehat. Kenapa? Karena hati bersih, pikiran kita positif, tidak ada prasangka, dan tidak ada curiga.
“Kalau kita hidup dengan penuh prasangka, penuh curiga, itu akan menggerus kondisi fisik kita dan mengganggu kesehatan kita,” ujarnya.
Oleh karena itu, pada bulan puasa ini tambahnya, sama saja dengan kita sedang membangun sosial kapital. Bahwa sebenarnya Islam sudah mengajarkan kepada kita untuk menciptakan trust society, yang kemudian diharapkan tidak hanya terjadi pada bulan Ramadhan saja.
“Di 11 bulan pasca puasa, kita tetap bisa mempertahankan tradisi trust society ini,” ujarnya.