Palestina Salahkan Amerika Serikat Soal Rencana Israel Serang Rafah
Palestina sebut Amerika Serikat terlibat genosida oleh Israel
REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH— Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeineh, secara langsung menyalahkan pemerintah Amerika Serikat atas ancaman dan eskalasi yang dilakukan Israel baru-baru ini di Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.
Abu Rudeineh secara khusus merujuk pada laporan rencana serangan militer Israel di Kota Rafah, yang dapat mengakibatkan pembantaian, bencana dan pengungsian warga sipil, yang menjadi awal periode konflik jangka panjang.
Melalui siaran pers pada Rabu (24/4/2024) malam, dia menekankan bahwa keputusan Amerika Serikat untuk menyediakan bantuan militer dan finansial (kepada Israel), serta penggunaan hak veto di Dewan Keamanan PBB, menyeret Amerika ke dalam perang genosida.
“Sikap demikian memusuhi rakyat Palestina, negara Arab dan seluruh negara yang mendukung Palestina di Dewan Keamanan PBB,” kata jubir Presiden Palestina itu menegaskan.
Dia juga menekankan bahwa aksi protes besar-besaran yang terjadi di negara-negara besar di dunia, seperti demonstrasi di universitas-universitas AS baru-baru ini yang menyerukan penghentian kejahatan perang Israel di wilayah Palestina, menjadi seruan bagi pemerintah Amerika Serikat untuk meninjau ulang kebijakan mereka.
Abu Rudeineh pun mendesak pemerintah Amerika Serikat supaya meninggalkan dukungan buta mereka terhadap pendudukan Israel dan berdiri berdampingan dengan hukum internasional dan menerapkan resolusi legitimasi internasional.
Kementerian Kesehatan...
Kementerian Kesehatan di wilayah kantong Palestina menyatakan sudah sebanyak 34.183 warga Palestina yang gugur dalam serangan Israel di Jalur Gaza pada hari ke-200 serangan mematikan Israel.
“Serangan yang sedang berlangsung sejak Oktober lalu juga telah melukai 77.143 warga Palestina,” demikian bunyi keterangan resmi Kementerian Kesehatan Palestina, Selasa (23/4/2024).
Kementerian mencatat bahwa dalam 24 jam terakhir Israel melakukan tiga pembantaian terhadap keluarga di seluruh Jalur Gaza hingga menyebabkan 32 orang gugur dan 59 lainnya luka-luka saat tiba di rumah sakit.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan dan tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” kata Kemenkes.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Selain itu, menurut PBB, lebih dari 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Sedikitnya 350 tenaga kesehatan juga terbunuh dan 520 lainnya terluka di Jalur Gaza sejak Israel mulai melancarkan agresi ke daerah tersebut pada 7 Oktober 2023, menurut pelapor khusus PBB.
"Kami mengetahui bahwa sekitar 520 tenaga medis terluka, serta 350 pekerja medis termasuk tenaga kesehatan lainnya, telah gugur," ucap pelapor khusus PBB untuk hak kesehatan Tlaleng Mofokeng dalam konferensi pers pada Senin (22/4).
Dia menyatakan, jumlah korban jiwa tersebut tidak termasuk sejumlah remaja Gaza yang berinisiatif membantu tenaga kesehatan di berbagai rumah sakit. Para remaja tersebut tidak terdaftar secara resmi sebagai tenaga kesehatan.