Organisasi Dokter Dipaksa Tinggalkan Rumah Sakit Lapangan Indonesia di Rafah Palestina

Israel menyerang Rafah Palestina.

AP Photo/Ismael Abu Dayyah
Warga Palestina bersiap menguburkan dua orang dewasa dan lima anak laki-laki dan perempuan di bawah usia 16 tahun setelah serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza Selatan.
Rep: Lintar Satria Zulfikar Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Organisasi kemanusiaan Doctors Without Borders (MSF) mengatakan mereka dipaksa "berhenti memberikan layanan kesehatan di Rumah Sakit Lapangan Indonesia di Rafah" pada Ahad (12/5/2024) lalu.

Baca Juga


"MSF melihat pola serangan sistematis terhadap fasilitas medis dan infrastruktur sipil sejak awal perang. Mengingat hal ini seperti semakin majunya serangan, kami memutuskan untuk meninggalkan Rumah Sakit Lapangan Indonesia di Rafah," kata MSF dalam pernyataannya seperti dikutip Aljazirah, Selasa (14/5/2024).

MSF mengatakan 22 pasien yang masih berada di rumah sakit itu sudah dirujuk ke fasilitas lain. "(MSF) tidak lagi dapat menjamin keselamatan mereka," kata organisasi tersebut.

Dalam pernyataan terpisah di media sosial X, MSF mengatakan sejak perang Israel di Gaza pada 7 Oktober lalu, personel MSF sudah dipaksa meninggalkan 12 "strukturt kesehatan" dan mengalami 26 "serangan kekerasan."

Israel semakin merangsek masuk ke timur Rafah dalam operasi militernya di selatan Kota Gaza. Hampir semua sekutu dekat Israel termasuk Amerika Serikat (AS) menentang operasi militer itu. Terdapat lebih dari 1 juta rakyat Palestina di Rafah yang mengungsi dari daerah lain di Jalur Gaza.

Dalam laporannya organisasi hak asasi manusia, Human Rights Watch (HRW) mengatakan sejak awal perang militer Israel sudah menggelar delapan serangan ke konvoi dan bangunan pekerja kemanusiaan di Gaza.

Walaupun kelompok dan organisasi kemanusiaan sudah berkoordinasi dengan pihak berwenang Israel.

Dalam laporannya HRW mengatakan pihak berwenang Israel tidak memberikan peringatan awal pada organisasi bantuan mana pun sebelum menggelar serangan yang sudah membunuh atau melukai 31 pekerja kemanusiaan di Gaza.

HRW mengatakan kelompok-kelompok kemanusiaan menduga bom yang digunakan Israel dalam salah satu serangannya pada bulan Januari lalu merupakan produksi AS dan dikirimkan pesawat F-16 yang dilaporkan menggunakan komponen buatan Inggris.

“Sekutu-sekutu Israel perlu menyadari serangan-serangan yang menewaskan para pekerja bantuan ini telah terjadi berulang kali, dan harus dihentikan,” kata direktur HRW Belkis Wille. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler