Menteri Lebanon: 27 Ribu Warga Mengungsi Usai Serangan Israel

Kerusakan dilaporkan terjadi di kota-kota selatan, pinggiran selatan Beirut.

AP Photo/Mohammed Zaatari
Orang-orang dengan menggunakan kendaraan terjebak kemacetan ketika hendak melarikan diri dari dari serangan usara Israel di jalan raya penghubung kota Beirut, di selatan kota pelabuhan Sidon, Lebanon, Selasa (24/9/2024).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Menteri Lingkungan Hidup Lebanon, Nasser Yassin, pada Selasa (24/9/2024) mengumumkan, sedikitnya 27 ribu warga terpaksa mengungsi dari Lebanon selatan dan wilayah Bekaa ke sejumlah tempat penampungan sementara menyusul serangan militer Israel. Dalam konferensi pers setelah mengunjungi beberapa tempat penampungan, Yassin menjelaskan tentang kerusakan di kota-kota selatan, pinggiran selatan Beirut, dan bagian lain dari negara tersebut, yang memaksa puluhan ribu warga menyelamatkan diri ke daerah yang lebih aman.

Baca Juga


Yassin mencatat bahwa sekitar 252 sekolah pemerintah di seluruh Lebanon telah beralih fungsi menjadi tempat penampungan sementara bagi penduduk yang mengungsi. Ia menyampaikan bahwa 27 ribu warga dari wilayah selatan dan Bekaa menyelamatkan diri ke tempat penampungan terbuka di seluruh Lebanon akibat serangan bertubi-tubi Israel.

Dalam 24 jam terakhir, upaya untuk mendistribusikan bantuan pokok, paket kebersihan, dan makanan bagi sekitar 20 ribu warga yang mengungsi telah dimulai, tambahnya. Tentara Israel telah melancarkan gelombang serangan udara mematikan di Lebanon sejak Senin (23/9/2024) pagi, mengakibatkan hampir 560 korban tewas, termasuk 95 wanita dan 50 anak-anak, serta melukai 1.835 orang, menurut Menteri Kesehatan, Firas Abiad.

“Kebanyakan korban dalam serangan Israel sejak Senin pagi adalah warga sipil yang tidak bersenjata di rumah mereka. Ini membantah tuduhan pihak Israel tentang penargetan para pejuang,” ujarnya.

Hizbullah dan Israel telah terlibat perang lintas batas sejak awal serangan Israel ke Jalur Gaza. Serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 41.400 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

 


Di sela Sidang Umum ke-79 PBB guna membahas serangan mematikan Israel terhadap Lebanon, di New York, Perdana Menteri Irak, Mohammad Shia Al-Sudani, pada Senin (23/9/2024) menyerukan pertemuan darurat para pemimpin Arab. Pertemuan darurat itu sebagai upaya untuk menghentikan agresi Israel ke Lebanon.

"Irak menyerukan dan bekerja untuk mengadakan pertemuan darurat bagi para pemimpin delegasi Arab (di New York) untuk meninjau dampak agresi Zionis (Israel) terhadap rakyat kami yang damai di Lebanon," kata Al-Sudani dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.

Dia juga mendesak adanya "kerja sama kolektif untuk menghentikan tindakan kriminal Israel dan menggerakkan opini internasional" melawan pelanggaran Israel di Palestina dan Lebanon. Dalam pernyataan yang sama, Perdana Menteri Irak menyampaikan bahwa Irak telah membentuk sistem untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Lebanon melalui jembatan udara dan darat, terutama di rumah sakit.

Otoritas kesehatan Lebanon melaporkan setidaknya 492 orang tewas, termasuk 35 anak-anak, dan 1.645 lainnya terluka dalam serangan yang dimulai sejak Senin pagi, yang juga memaksa ribuan warga sipil menyelamatkan diri dari tempat tinggal mereka.

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam pertempuran lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

Pasukan Israel meningkatkan serangan mereka terhadap Lebanon, mengabaikan peringatan komunitas internasional yang menyatakan bahwa tindakan tersebut berisiko memperluas konflik Gaza ke wilayah lain.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler