Dua Tank IDF Hancurkan Markas UNIFIL Saat Prajurit Tidur

Ini serangan kesekian kalinya IDF ke markas UNIFIL di selatan Lebanon.

REUTERS/Thaier Al-Sudani
Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.
Rep: Fitriyan Zamzami/Andri Saubani Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID,BEIRUT – Pihak PBB mengatakan tank-tank Israel menerobos gerbang pangkalan pasukan penjaga perdamaian (UNIFIL) di Lebanon selatan setelah tiga peleton tentara Israel juga melintasi Garis Biru. Mereka menyerang saat para prajurit UNIFIL menyerbu pada Senin dini hari.

Baca Juga


Pasukan penjaga perdamaian PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan pada pukul 04.30 bahwa dua tank Merkava tentara Israel “menghancurkan” gerbang utama mereka dan “memasuki posisi secara paksa” ketika pasukan penjaga perdamaian sedang tidur. 

“Tank-tank tersebut berangkat sekitar 45 menit kemudian setelah UNIFIL melakukan protes melalui mekanisme penghubung kami, dengan mengatakan bahwa kehadiran [militer Israel] membahayakan pasukan penjaga perdamaian,” tulis pernyataan itu dilansir Aljazirah.

Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters mengatakan bahwa “setiap penargetan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB merupakan pelanggaran hukum internasional dan sama sekali tidak dapat diterima”. 

“Pasukan Sementara PBB di Lebanon [UNIFIL] dan Organisasi Pengawasan Gencatan Senjata PBB memainkan peran penting dalam menstabilkan kawasan dan harus menjadi bagian dari upaya untuk mengurangi ketegangan. Tindakan Israel melemahkan kemampuan PBB untuk melaksanakan mandatnya, yang mencakup mediasi konflik dan memberikan dukungan kemanusiaan,” tulis Peters di X. 

Komentar tersebut muncul setelah pasukan Israel dituduh menyerang pasukan UNIFIL, setelah tank-tanknya “menghancurkan” sebuah gerbang dan dengan paksa memasuki pos penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan pada Ahad.

Empat puluh negara yang menyumbangkan pasukannya ke UNIFIL telah mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak penghentian serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian di negara tersebut. 

Hal ini terjadi setelah lima personel UNIFIL terluka akibat dugaan atau konfirmasi serangan Israel terhadap pasukan penjaga perdamaian internasional sejak Kamis. Pada hari Kamis, dua pasukan penjaga perdamaian Indonesia terluka setelah jatuh dari menara observasi di markas UNIFIL di kota Naqoura, Lebanon selatan, setelah tank-tank Israel menembaki menara tersebut. 

Sean Clancy, kepala staf Angkatan Pertahanan Irlandia di daerah tersebut, mengatakan dia yakin itu “bukan tindakan yang disengaja”. Pada hari Jumat, militer Israel mengakui pasukannya bertanggung jawab atas insiden di Naqoura di mana dua tentara Sri Lanka terluka setelah ditembak. Israel mengatakan tentara di dekat pangkalan itu melepaskan tembakan setelah mengidentifikasi ancaman, dan menambahkan bahwa insiden tersebut akan diselidiki. 

Kementerian Luar Negeri Sri Lanka “mengutuk keras” serangan tersebut. UNIFIL mengatakan seorang penjaga perdamaian terluka dalam insiden terpisah di Naqoura pada hari Jumat di tengah “aktivitas militer yang sedang berlangsung di dekatnya”. Pihaknya mengaku tidak mengetahui asal mula tembakan. Prajurit tersebut “menjalani operasi” untuk mengeluarkan peluru dan “saat ini dalam keadaan stabil”, katanya.

Ancaman Netanyahu...

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya meminta pasukan perdamaian PBB untuk memperhatikan peringatan dari IDF agar mengevakuasi diri dari Lebanon segera, mengingat semakin intensifnya operasi darat terhadap Hizbullah. Militer Israel telah berulang kali mengeluarkan tembakan peringatan yang mana pada pekan lalu, dua prajurit TNI anggota UNIFIL ikut menjadi korban.

Tanpa bukti-bukti, IDF menuduh Hizbullah menggunakan ambulans untuk membawa anggota dan persenjataan mereka. Bahkan, posko UNIFIL di selatan Lebanon juga dituding IDF sebagai tempat berlindung anggota Hizbullah.

Dalam sebuah rekaman video yang ditujukan kepada Sekjen PBB Antonio Guterres, Netanyahu dikutip CBS, Ahad (13/10/2024), mengingatkan pasukan PBB untuk mematuhi instruksi IDF. Netanyahu bahkan menuduh UNIFIL 'menyediakan sebuah tameng manusia' untuk Hizbullah.

"Kami menyesali jatuhnya korban luka di prajurit UNIFIL dan berusaha sekuat kami untuk mencegah insiden. Namun cara yang mudah dan jelas untuk hal ini adalah mengeluarkan mereka dari zona berbahaya," kata Netanyahu.

Netanyahu menambahkan, "Tuan Sekretaris Jenderal, jauhkan UNIFIL dari jalan kekerasan. Itu harus dilaksanakan sekarang, segera."

Sebelumnya, UNIFIL sudah menolak untuk menggeser posisi mereka dari selatan Lebanon. "Sudah ada keputusan mutlak untuk bertahan, karena adalah penting bagi bendera PBB tetap berkibar di kawasan ini, dan untuk bisa melapor kepada Dewan Keamanan (PBB)," kata Juru Bicara UNIFIL Andrea Tenenti kepada AFP dalam sebuah wawancara pada Sabtu (12/10/2024).

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menekankan bahwa serangan Israel terhadap UNIFIL adalah pelanggaran hukum internasional. "Personil UNIFIL dan lokasinya tidak boleh menjadi sasaran,” kata juru bicara Stephane Dujarric, mengacu pada pasukan internasional berhelm biru. “Serangan terhadap penjaga perdamaian merupakan pelanggaran hukum internasional...(dan) dapat merupakan kejahatan perang.” “Dalam insiden yang sangat mengkhawatirkan yang terjadi hari ini, pintu masuk posisi PBB sengaja dibobol oleh kendaraan lapis baja IDF,” tambahnya dalam sebuah pernyataan. 

UNIFIL, sebuah misi yang terdiri dari sekitar 9.500 tentara dari berbagai negara yang dibentuk setelah invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1978, menuduh militer Israel "sengaja" menembaki posisinya. Dujarric mendesak “semua pihak, termasuk IDF, untuk menahan diri dari segala tindakan yang membahayakan pasukan penjaga perdamaian,” mengacu pada tentara Israel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler