Tiga Negara Penjamin Hamas-Israel akan Patuhi Gencatan Senjata, Siapa Saja?

Tahap pertama kesepakatan akan berlangsung selama 42 hari.

AP Photo/Oded Balilty
Kerabat dan teman orang-orang yang dibunuh dan diculik oleh Hamas dan dibawa ke Gaza, bereaksi terhadap pengumuman gencatan senjata saat mereka mengambil bagian dalam demonstrasi di Tel Aviv, Israel, Rabu, 15 Januari 2025.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL —Pemerintah Qatar, Mesir, Amerika Serikat (AS) pada Rabu (15/1/2025)  berjanji menjamin penerapan perjanjian gencatan senjata Gaza antara Israel dengan kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina, Hamas, yang diharapkan mulai berlaku pada Ahad (19/1/2025) dalam tiga tahap.

Baca Juga


Ketiga negara mengatakan, pihak-pihak yang berkonflik di Gaza telah mencapai kesepakatan untuk membebaskan sandera dan ditukar dengan tawanan dan tahanan serta kembalinya kedamaian berkelanjutan dalam gencatan senjata permanen yang melingkupi kedua pihak, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Qatar. 

Para mediator  disebut akan bekerja sama untuk memastikan bahwa para pihak melaksanakan kewajiban mereka dalam perjanjian tersebut. Mediator menginginkan ketiga tahap tersebut dilaksanakan secara menyeluruh.

Para penjamin juga akan bekerja sama dengan PBB, penyedia bantuan lainnya, dan mitra dari seluruh dunia untuk mendukung peningkatan pesat bantuan kemanusiaan yang cepat dan berkelanjutan ke Gaza berdasarkan ketentuan yang diuraikan dalam perjanjian tersebut.

Qatar, Mesir, dan AS juga meminta negara-negara lain untuk bergabung dan mendukung upaya-upaya ini berdasarkan mekanisme yang telah kami buat untuk membantu melaksanakan perjanjian tersebut.

Tahap pertama kesepakatan akan berlangsung selama 42 hari, mencakup gencatan senjata, penarikan pasukan dan pengerahan kembali pasukan Israel di luar wilayah padat penduduk, pembebasan sandera dan tawanan.

Tahapan tersebut dilanjutkan dengan proses pengembalian jenazah, kembalinya orang-orang yang mengungsi ke kediaman masing-masing di jalur Gaza serta memfasilitasi para pasien dan korban cedera untuk mendapatkan perawatan.

Tahap pertama juga mencakup peningkatan upaya penyaluran dan penerimaan bantuan kemanusiaan yang aman dan efektif dalam skala besar di seluruh wilayah Jalur Gaza.

Selanjutnya merehabilitasi rumah sakit, pusat kesehatan, dan tempat penjualan bahan pangan, mendatangkan pasokan pertahanan sipil dan bahan bakar, serta mendatangkan pasokan tempat tinggal bagi para pengungsi yang kehilangan rumah mereka akibat perang.

Warga Palestina merayakan pengumuman kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah, Rabu, 15 Januari 2025. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Setelah lebih dari 460 hari berkonflik, Israel dan Hamas akhirnya menyepakati penghentian tembak menembak. Menurut Perdana Menteri (PM) Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, kedua belah pihak tersebut telah mencapai kesepakatan gencatan senjata. Pada Ahad (19/1/2025) nanti, lanjut dia, gencatan senjata itu akan mulai dilaksanakan.

"Kedua belah pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan tentang pertukaran tahanan dan sandera, dan (kami) mengumumkan gencatan senjata. Harapannya, ini akan berujung pada gencatan senjata secara permanen antara kedua belah pihak tersebut," ujar PM Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani dalam jumpa pers, seperti dilansir The Guardian, Kamis (16/1/2025).

Gencatan senjata ini, jelas PM Qatar, tidak hanya akan melepaskan sejumlah warga Palestina yang ditahan otoritas Israel, melainkan juga melonggarkan akses pengiriman bantuan kemanusiaan dari luar ke dalam Jalur Gaza, Palestina.

PM Qatar juga memaparkan, perundingan tidak akan berhenti sampai di sini. Pihaknya sebagai salah satu mediator terus memediasi antara Israel dan kelompok Hamas agar keduanya menyepakati sejumlah poin lainnya.

Adapun kesepakatan yang telah dicapai per hari ini berkenaan dengan gencatan senjata sementara yang akan menghentikan serangan militer zionis terhadap Jalur Gaza segera. Kemudian, Hamas akan membebaskan sekira 33 orang sandera, sedangkan Israel juga membebaskan sekitar seribu orang Palestina yang ditahannya sejak 7 Oktober 2023.

Dilansir Al Jazeera, tahap pertama dari gencatan senjata ini akan berlaku hingga enam pekan ke depan, yakni sejak Ahad (19/1/2025). Mulai hari itu pula, sesuai poin kesepakatan gencatan senjata, IDF akan menarik mundur tentaranya dari pusat-pusat kota di Jalur Gaza ke area dalam radius 700 meter dari perbatasan Jalur Gaza-Israel.

Israel juga diharuskan membiarkan masyarakat Palestina yang membutuhkan tindakan medis untuk keluar dari Jalur Gaza guna mendapatkan perawatan di luar negeri. Israel mesti membuka perlintasan Rafah, yang berada di perbatasan Jalur Gaza-Mesir, selambat-lambatnya pada hari ketujuh sejak gencatan senjata fase pertama berlaku.

IDF harus mengurangi penempatan pasukannya di Koridor Philadelphia, yakni jalur sempit sepanjang 14 kilometer perbatasan Jalur Gaza-Mesir. Selambat-lambatnya pada hari ke-50 sejak gencatan senjata ini berlaku, tentara zionis itu mesti meninggalkan area tersebut seluruhnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler