Selasa 14 Apr 2020 16:40 WIB

Laboratorium IPB Siap Uji Covid-19 Pekan Ini

Uji Covid-19 di IPB mencakup metode untuk mendeteksi keberadaan virus atau antibodi.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Ratna Puspita
Gedung Rektorat IPB University, Bogor.
Foto: Dok IPB
Gedung Rektorat IPB University, Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laboratorium IPB University pekan ini sudah siap untuk menjadi tempat uji Covid-19. Peneliti Senior sekaligus Biosafety Officer Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Diah Iskandriati mengatakan pengujian untuk SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 mencakup metode untuk mendeteksi keberadaan virus atau mendeteksi antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap infeksi.

Keberadaan virus pada sampel pasien umumnya dikonfirmasi oleh teknik real time RT-PCR, yang mendeteksi RNA Coronavirus. "Tes ini hanya mendeteksi RNA (bukan virus yang aktif atau hidup) dari SARS-CoV-2 dan digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi yang sangat baru atau aktif. Uji ini dapat dilakukan pada spesimen saluran pernapasan yang diperoleh dengan berbagai metode, termasuk sampel swab nasofaring atau sampel sputum (dahak)," kata Diah, dalam keterangannya, Selasa (14/3).

Baca Juga

Laboratorium IPB University hanya melakukan pengujian real time RT-PCR terhadap spesimen klinis yang datang ke laboratorium dan langsung diberi larutan (buffer pelisis) yang akan menonaktifkan virus tetapi tidak merusak genom RNAnya. RNA dari virus tersebut tidak bisa lagi menginfeksi inang.

Laboratorium IPB University juga telah mengambil beberapa langkah mitigasi terkait keselamatan dan keamanan bekerja untuk memastikan tidak terjadi pajanan kepada personel maupun kontaminasi lingkungan. Salah satu langkah penting mitigasi yang dipersiapkan adalah hanya menggunakan laboratorium yang memiliki tingkat keselamatan hayati 2 (Biosafety Level-2) yang mengacu kepada pedoman WHO. 

Laboratorium ini memiliki perimeter atau lapisan pengaman sebelum mencapai area publik. Spesimen klinis yang diterima langsung dimasukkan ke dalam laboratorium dan tidak dibuka di area umum. 

Spesimen klinis diproses dalam peralatan keselamatan yang disebut dengan Biosafety Cabinet (BSC). Hal ini memungkinkan keselamatan bekerja dan keamanan lingkungan karena BSC tersebut menyaring semua partikel di udara maupun kontaminan melalui filter HEPA, sebelum udara dialirkan ke lingkungan laboratorium. 

Selain itu, Diah menambahkan, sebelum keluar dari laboratorium, semua limbah padat didekontaminasi dengan alat autoclave dengan suhu 121 derajat celcius dan tekanan 15 psi. Suatu kondisi yang menyebabkan semua mikroorganisme mati. 

"Semua personil yang terlibat dalam pengujian telah mendapat pelatihan keselamatan baik di dalam maupun di luar negeri dan memiliki pengalaman bekerja dengan agen patogen lebih dari lima tahun. Semua aktivitas pengujian ini telah dikaji dan mendapat persetujuan dari Komisi Biorisiko," kata dia. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement