REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mahasiswa Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Jawa Barat membuat prototipe ventilator pintar atau smart ventilator. Perangkat ini telah dipresentasi kan kepada rektor Universitas Siliwangi dan ketua Pusat Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Covid-19 (PKIE), pekan lalu.
Para mahasiswa tersebut tergabung dalam dua tim. Mereka dalah tim Tasik Inovasi yang beranggotakan 11 orang mahasiswa teknik elektro dan Tim Indonesia Kolektif yang beranggotakan satu orang mahasiswa pendidikan jasmani, kesehatan, dan rekreasi (PJKR).
Mahasiswa Teknik Elektro, Muhammad Arif Ramdani, mengungkapkan, smart ventilator tersebut bertujuan menjadi solusi bagi para pasien Covid-19 karena memungkinkan tenaga medis mem berikan layanan darurat yang tidak terbatas jumlahnya di mana pun dan kapan pun.
"Smart ventilator merupakan sistem berbasis internet of things (IoT) yang dikembangkan agar memungkinkan tenaga medis melakukan pelayanan kesehatan terpadu terhadap pasien virus corona yang masif dan tersebar di wilayah yang luas secara online melalui pusat pengendalian krisis," kata Arif saat dihubungi Republika.co.id.
Komponen smart ventilator ini terdiri atas micro controller, sensor, aktuator, nextion, dan ambubag. Sensor berfungsi memberikan input, sementara micro controller berfungsi memproses input yang diberikan oleh sensor dan nextion. Selanjutnya, nextion berfungsi menampilkan nilai atau grafik dari sensor serta dapat menentukan nilai tekanan yang diinginkan.
Aktuator nantinya akan menekan ambu bag sesuai dengan perintah yang diten tukan di nextion. Ambubag berfungsi sebagai suplai udara.
Pria berusia 23 tahun ini mengungkapkan, proses pembuatan smart ventilator ini dilakukan dengan melibatkan semua elemen, dari perguruan tinggi, pemerintah, serta dinas terkait. Menurut Arif, pembuatan smart ventilator ini memerlukan waktu riset satu bulan yang dilakukan pada awal April.
"Kami melakukan percobaan kurang lebih tiga kali dengan parameter. Tanda keberhasilan adalah kami dapat memvariasikan tekanan pada ambu bag sesuai dengan kebutuhan pasien," ujarnya.
Teknologi yang digunakan di smart ventilator adalah mengintegrasikan monitoring sensor dan pengaturan tekanan pada aplikasi ponsel dengan teknologi IoT. Karya ini dilengkapi berbagai fitur monitoring yang memungkinkan para meter perubahan oksigen agar sesuai dengan kebutuhan kondisi pasien.
Smart ventilator juga dapat dikendalikan langsung secara daring menggunakan aplikasi ponsel pintar dan peramban internet. Meski sudah berhasil membuat prototipe smart ventilator, karya ini belum diaplikasikan di rumah sakit karena sedang melalui tahapan penyesuaian prosedur agar sesuai dengan kriteria yang dianjurkan.
"Harapan kami, awal Mei 2020 smart ventilator ini bisa segera diaplikasikan di berbagai rumah sakit di Indonesia, terkhusus rumah sakit yang ada di kabupaten dan kota Tasik malaya," ujar Arif.