Rabu 15 Jul 2020 09:30 WIB

3 Fakta Soal Hilangnya Indra Penciuman

Gejala hilangnya fungsi indra perasa dan penciuman muncul pada pasien Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Pilek/ilustrasi. Fungsi indra penciuman bisa menurun seiring usia, bukan hanya karena gejala Covid-19.
Foto: guardian.co.uk
Pilek/ilustrasi. Fungsi indra penciuman bisa menurun seiring usia, bukan hanya karena gejala Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indra penciuman yang melemah atau bahkan hilang dapat disebabkan oleh beragam hal, mulai dari pilek hingga usia. Belakangan ini, kehilangan indra penciuman juga kerap dikaitkan dengan Covid-19.

Konsultan senior dari Departemen Otorhinolaringologi Singapore General Hospital Dr Neville Teo mengungkapkan ada beberapa hal lain yang dapat menyebabkan tumpulnya kemampuan hidung dalam mengenali aroma. Hal-hal tersebut meliputi infeksi virus, penyakit yang memengaruhi hidung dan sinus seperti sinusitis, cedera kepala, sampai gangguan saraf seperti penyakit Parkinson.

Baca Juga

"Dalam beberapa kasus, tak ada penyebab yang ditemukan," ungkap Dr Teo, seperti dilansir CNA Lifestyle.

Dalam dunia kedokteran, penurunan kemampuan penciuman dikenal sebagai hiposmia. Sedangkan kehilangan indera penciuman secara total dikenal sebagai anosmia. Diperkirakan sekitar tiga hingga 20 persen dari populasi dunia mengalami dua kondisi tersebut.

Untuk memahami lebih jauh terkait masalah indra penciuman ini, beberapa ahli memberikan beberapa penjelasan singkat. Berikut ini adalah ketiga penjelasan tersebut.

Indra Penciuman dan Covid-19

Teo mengungkapkan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan terjadinya anosmia, hiposmia, atau perubahan pada indra penciuman. Perubahan indra penciuman yang dimaksud adalah sebuah kondisi di mana seseorang mencium suatu aroma yang sebenarnya tidak ada.

"Seperti aroma terbakar ketika tak ada apa pun yang terbakar di sekitar Anda," ungkap Teo.

Data awal menunjukkan bahwa gangguan pada indra penciuman akibat Covid-19 bersifat sementara. Namun, data jangka panjang tetap dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas.

Dr Nate Favini dari Forward mengatakan bila kehilangan indra penciuman merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan, kemungkinan masalah tersebut bukan disebabkan oleh Covid-19. Selain itu, flu biasa juga dapat menyebabkan hilangnya kemampuan indra penciuman pada 30 persen pasien.

"Ini merupakan gejala umum untuk (infeksi) virus saluran pernapasan dan tidak spesifik untuk Covid-19," jelas Favini.

Ahli otolaringologi dari UC San Diego Health Dr Carol Yan mengatakan, seseorang memiliki kemungkinan 10 kali lebih besar terkena Covid-19 bila mengalami kehilangan indra penciuman yang disertai dengan kehilangan indra perasa. Berdasarkan studi, Dr Yan mengatakan seseorang perlu mewaspadai kehilangan indra perasa dan penciuman sebagai tanda awal Covid-19.

photo
Tiga gejala baru Covid-19 menurut CDC AS. - (Republika)

Usia pengaruhi indra penciuman

Usia memiliki peran yang cukup signifikan dalam kasus anosmia. Semakin tua usia seseorang, semakin besar kemungkinannya untuk kehilangan indra penciuman. Hal ini pula yang membuat kelompok lansia cenderung tidak dapat merasakan rasa makanan dengan baik.

"Studi populasi dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa setengah dari orang berusia antara 65-80 tahun mengalami penurunan indra penciuman," pungkas Teo.

Hal ini mungkin saja terjadi karena adanya perubahan pada sekresi lendir di hidung, lapisan hidung, serta penurunan lendir hidung seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan ukuran dan jumlah dari reseptor pembau di hidung dan otak akibat usia juga turut berkontribusi.

Selain itu, banyak orang tua yang mengonsumsi obat-obatan antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah mereka. Obat-obatan ini dapat mengubah indra penciuman dan perasa. Hal yang sama juga berlaku pada obat-obatan lain, seperti antibiotik.

Bisakah indra penciuman pulih?

Hal ini akan sangat bergantung pada penyebab hilangnya indra penciuman. Bila penyebabnya adalah infeksi, trauma atau penyakit lain, kemampuan indra penciuman bisa kembali bila penyebab-penyebab tersebut sudah diatasi.

Akan tetapi, indra penicuman yang hilang tak bisa kembali bila disebabkan oleh kerusakan atau cedera pada serabut saraf pembau. Kondisi ini biasanya terjadi akibat cedera kepala, tumor, operasi atau bahkan infeksi virus.

"Kehilangan indra penciuman (akibat hal tersebut) biasanya permanen dan tak bisa dikembalikan," kata Teo.

Terkadang, steroid bisa digunakan untuk mengembalikan indra penciuman bila tak ada penyebab spesifik yang ditemukan. Akan tetapi, hasil dari terapi tersebut tidak begitu efektif.

"Latihan penciuman merupakan opsi lain, yang dapat berpotensi memperbaiki identifikasi aroma," jawab Teo.

Profesor Thomas Hummel dari University of Dresden mengatakan 45 persen orang-orang dengan anosmia membaik kondisinya dengan latihan. Tanpa latihan, hanya 22 persen dari mereka yang dapat kembali mencium aroma lagi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement