REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru dilakukan peneliti dari Arizona State University yang menemukan mikroplastik di jaringan manusia. Dilansir di Sciencefocus.com, Rabu (19/8), tim peneliti menguji 47 sampel yang diambil dari paru-paru, hati, limpa, dan ginjal, yakni empat organ yang kemungkinan terpapar, menyaring, atau mengumpulkan mikroplastik.
Sampel diambil dari tempat penyimpanan jaringan otak dan tubuh yang sudah ada untuk mempelajari penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer. Setelah meletakkannya melalui spektrometer massa, peneliti menemukan setiap sampel mengandung jejak plastik, termasuk polikarbonat (PC), polietilen tereftalat (PET), dan polietilen (PE). Bisphenol A (BPA), zat yang digunakan di banyak wadah makanan juga ditemukan di semua sampel itu.
“Kami telah beralih dari melihat plastik memiliki manfaat luar biasa menjadi menganggapnya sebagai ancaman,” kata rekan penulis dan mahasiswa PhD, Charles Rolsky.
Dia menjelaskan, penelitian menemukan bukti bahwa plastik masuk ke tubuh, tetapi masih sedikit studi yang mengarah ke sana. Namun, penelitian belum mencari tahu lebih lanjut apakah plastik tersebut hanya gangguan di organ tubuh atau memiliki bahaya kesehatan.
Para peneliti juga membuat program komputer yang mengubah informasi jumlah partikel plastik menjadi satuan massa. Kemudian, luas permukaan yang mereka rencanakan untuk dibagikan secara daring, sehingga peneliti lain dapat melaporkan hasinya dengan cara standar. Peneliti juga berencana menyelidiki potensi risiko kesehatan yang mungkin timbul akibat kontaminasi plastik.
“Kami tak pernah ingin jadi khawatir, tapi hal ini mengkhawatirkan bahwa bahan non-biodegradable yang ada di mana-mana dapat masuk dan terakumulasi dalam jaringan manusia, dan kami tidak tahu kemungkinan efek kesehatannya,” ujar mahasiswa PhD dan rekan penulis, Varun Kelkar.
Setelah mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang apa yang ada di jaringan, tim peneliti dapat melakukan studi epidemiologi untuk menilai hasil kesehatan manusia. Dengan begitu, peneliti dapat mulai memahami potensi risiko kesehatan jika memang ada.