REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Semula, indusri otomotif nasional diprediksi akan membaik di kuartal keempat 2020. Namun, asa itu boleh dibilang pupus, lantaran Jakarta yang merupakan ibu kota dan pusat bisnis menerapkan kembali PSBB jilid dua. Keputusan ini tentu akan semakin memukul industri otomotif yang masih dalam kondisi ‘sakit’.
Pengamat otomotif, Bebin Juana memprediksi ada kemungkinan pasar otomotif kembali tertekan oleh PSBB jilid dua. "Kemungkinan hal ini akan kembali mempengaruhi daya beli masyarakat. Terutama pada masyarakat kelas menengah ke bawah," kata Bebin kepada Republika.
Secara psikologis, akan sangat wajar jika masyarakat lebih memilih untuk mengerem pembelian kendaraan. "Artinya, penjualan mobil dengan harga di bawah Rp 200 juta akan cukup berat," ujarnya.
Hal itu dinilainya wajar, mengingat pasar mobil dengan rentang harga Rp 200 juta memang didominasi oleh masyarakat kelas menengah bawah. Menurutnya, meski masyarakat pada kelas itu memiliki anggaran membeli mobil, namun besar kemungkinan mereka lebih memilih menunda pembelian dan mengalihkan dananya untuk kebutuhan yang lebih mendesak.
Hanya tinggal beberapa hari lagi, sudah memasuki kuartal terakhir 2020 dan kondisi masih serba belum pasti. Karena itu pabrikan sepertinya harus realistis untuk menerima kenyataan bahwa penjualan bulanan tak akan mengalami pertumbuhan. Ia menilai, potensi adanya pelemahan daya beli juga dibarengi oleh kebiasaan masyarakat yang tak tertarik membeli mobil di ujung tahun karena alasan tahun produksi kendaraan.
"Hal ini sekaligus menegaskan bahwa gambaran penjualan jelang akhir 2020 dapat berkaca pada total penjualan pada periode Agustus 2020. Kemungkinan, rata-rata penjualan di beberapa bulan ke depan tak akan jauh berbeda dibandingkan dengan total penjualan bulan Agustus," ucap dia.
Dengan kondisi ini, ia pun mengamini bahwa pabrikan akan cukup tertantang untuk mampu mencapai target dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Meskipun, PSBB jilid satu telah membuat asosiasi ini melakukan revisi target penjualan tahunan dari sekitar satu juta menjadi 600 ribu unit.
Badai sesaat
Sementara itu, Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, berharap agar PSBB kedua ini tak terlalu berdampak terhadap pasar otomotif dalam negeri. Apalagi, saat ini sejumlah pabrikan telah membekali diri dengan sistem penjualan digital dan layanan yang lebih sesuai untuk diterapkan selama pandemi.
"Semoga PSBB kedua ini hanya badai sesaat saja. Tapi kami akan terus melihat perkembangannya. Saat ini masih terlalu dini untuk melihat dampaknya," kata Nangoi.
Soal pasar, penjualan retail bulanan mulai mengalami penurunan pada April dan Mei 2020. Jika biasanya pasarnya berada di atas 60 ribu per bulan, masa pandemi sempat membuat penjualan turun drastis jadi di bawah 20 ribu unit.
Menurutnya, penjualan mulai naik pada Juni. Penerapan masa transisi membuat penjualan berada pada level di atas 20 ribu unit per bulan. Bahkan, pada Juli dan Agustus total penjualan hampir menyentuh 40 ribu unit per bulan.
Meskipun ada peningkatan, tapi kondisinya masih cukup menantang. Apalagi untuk mampu mencapai target tahunan sebesar 600 ribu unit. Oleh karena itu, Gaikindo berharap agar pemerintah mampu menghadirkan stimulus pasar. Mengingat, otomotif merupakan industri yang melibatkan banyak pihak, sehingga dinilai perlu mendapat perhatian.
Ketua I Gaikindo, Jongkie D Sugiarto, mengatakan, salah satu stimulus yang diharapkan adalah keringanan pajak dalam pembelian mobil. "Stimulus ini tentu akan mendongrak daya beli masyarakat. Mengingat, pandemi telah memberikan tekanan terhadap daya beli," kata Jongkie.
sumber:khoirul azwar