REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada (UGM) Bambang Hari Wibisono mengatakan pelibatan anak penting dalam pembangunan. Ia mengatakan pelibatan anak penting agar kebutuhan anak dapat terakomodasi dengan baik.
Misalnya, pembangunan fasilitas ramah anak harus mempertimbangkan pola perilaku anak. Tidak hanya sekadar menyediakan ruang bermain, hal paling penting dalam pengembangan Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) penting adalah komitmen.
"Tidak hanya komitmen saja tetapi komitmen yang berkelanjutan dan disebarkan sampai tingkat lokal atau daerah. Selain itu, perlu adanya upaya mengembangkan sesuai karakteristik lokal namun tetap inklusif, adanya kemitraan bersifat lintas sektor, dan peran serta masyarakat dan anak," kata Bambang, dalam keterangannya, Selasa (13/10).
Dekan Fakultas Teknis Universitas Bina Nusantara, Johny Fredy Bobby Saragih, mengatakan jika anak akan dijadikan objek sasaran pembangunan maka harus dilakukan berbasis perilaku anak. "Memang betul, desain untuk anak perlu melibatkan anak. Penelitian saya membuktikan, anak bisa menjadi sumber informan menarik bahkan lebih dari manusia dewasa bisa bayangkan. Ide baru dapat muncul dari mereka," kata Johny menjelaskan.
Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Lenny Rosalin menyebut meski ruang bermain di berbagai daerah telah banyak tersedia, sarana dan prasarananya masih banyak yang belum ramah anak. Kondisi ini menyebabkan anak dapat menjadi korban.
Terkait hal ini, Lenny menegaskan konsep perlindungan anak adalah mereka harus berada di lingkungan yang aman dan nyaman. Sering kali kejadian atau kasus kekerasan pada anak terjadi di ruang bermain.
"Ruang bermainnya belum ramah anak, seperti mudah gelap, lokasinya menciptakan kondisi yang tidak ada pengawasan di sana, dan banyak lagi," kata Lenny.