REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Elba Damhuri, Kepala Republika Online
Semua berawal dari sebuah seminar Bund Summit yang digelar di Shanghai, China, pada 24 Oktober 2020. Pada event keuangan yang menampilkan Jack Ma, pendiri Alibaba dan Ant Financial, itu dihadiri regulator keuangan China, pengambil kebijakan politik strategis China, bankir, ekonom, hingga jurnalis-jurnalis ekonomi.
Jack Ma tidak mendengarkan nasihat kecil sejumlah orang dekatnya sebelum menyampaikan ide-idenya tentang 'reformasi sektor keuangan' di China. Sejumlah rekan Ma menyarankan agar orang terkaya di China itu sedikit menghaluskan isi ceramahnya terutama terkait kritik terhadap bank sentral dan otoritas keuangan China.
"Jack Ma is Jack Ma," begitu penegasan Ma, dan tetap berkeras dengan sikapnya untuk menyampaikan pesan penting kepada otoritas perbankan dan keuangan yang dianggapnya konservatif dan kuno.
Jack Ma mengkritik kebijakan sistem keuangan China yang terlalu banyak mengekang dan tidak memberikan ruang berkembang. Usai krisis keuangan Asia pada 1997-1999, Ma menyebut otoritas keuangan terlalu berfokus pada pengendalian risiko, menghambat inovasi, dan kurang mengakomodasi perkembangan teknologi.
Ma secara jelas menyebut bahwa Bank China saat ini dioperasikan dengan mentalitas rumah gadai (pawnshop). Ada uang, ada kolateral (barang jaminan). Ma mengatakan regulasi keuangan sistem perbankan di China saat ini sudah ketinggalan zaman.
BACA JUGA: Jack Ma Hilang Setelah Kritik Pemerintah China, Kemana Dia?