REPUBLIKA.CO.ID, Ina Salmah Febriani*
Dalam proses kehidupan, kebahagiaan dan kesedihan adalah sebuah keniscayaan yang pasti dilalui semua insan. Hari ini bersuka cita, sangat mungkin besok penuh duka. Hari ini berduka cita, bisa saja besok merasakan bahagia tak terkira.
Bahagia dan duka, bagai dua sisi mata uang; keduanya adalah proses yang tak mampu terhindarkan. Begitu lekatnya manusia pada jalan takdirnya masing-masing. Karenanya, apa yang menimpa manusia sama sekali bukan karena ‘sial’nya masa.
Namun, realitas sejarah menyebutkan bahwa orang-orang Arab pada masa lampau biasa mencaci maki masa saat musibah atau bencana menimpa mereka. ‘Duhai sialnya masa’ demikian ucapan mereka, merupakan ekspresi kesialan, kekesalan, kemarahan dan sumpah serapah mereka terhadap waktu. Hal ini terekam dalam hadits yang diriwayatkan oleh para imam hadits di bawah ini.