Ahad 22 Aug 2021 17:28 WIB

P2G: Tuntaskan Vaksinasi Anak dan Guru

P2G menyayangkan PTM terbatas meski siswa belum divaksinasi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ratna Puspita
Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyayangkan pernyataan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang mengizinkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di wilayah pada status PPKM Level 1-3 meski ada siswa yang belum divaksinasi. (Foto ilustrasi: Pelajar mendapatkan suntikan vaksinasi COVID-19)
Foto: ANTARA/JOJON
Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyayangkan pernyataan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang mengizinkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di wilayah pada status PPKM Level 1-3 meski ada siswa yang belum divaksinasi. (Foto ilustrasi: Pelajar mendapatkan suntikan vaksinasi COVID-19)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyayangkan pernyataan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang mengizinkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di wilayah pada status PPKM Level 1-3 meski ada siswa yang belum divaksinasi. Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri, mengkhawatirkan tindakan gegabah tersebut. 

Menurutnya, vaksinasi anak dan guru harus dituntaskan di sekolah tersebut sebelum dilaksanakannya PTM terbatas. "Mempelajari data Kemenkes dan Kemendikbudristek, progres vaksinasi anak usia 12-17 secara nasional masih lambat, baru mencapai 9,6% untuk dosis pertama," kata Iman dalam keterangan pers, Ahad (22/8).

Baca Juga

Iman menyebut sasaran vaksinasi anak usia 12-17 tahun sebanyak 26.705.490 orang. Namun data Kemenkes per 19 Agustus 2021 menunjukkan baru 2,55 juta anak yang disuntik tahap pertama dan 1,16 juta anak mendapatkan dosis kedua. 

"Artinya meskipun sekolah di PPKM Level 1-3 tapi syarat vaksinasi anak belum terpenuhi," ujar Iman. 

Sekretaris Nasional (Seknas) P2G Afdhal menyoroti perbandingan kuantitas siswa yang sudah divaksinasi dengan rombongan belajar (rombel) atau kelas. Dari data vaksinasi anak ini, menurutnya, perbandingannya 10:100. 

"Seandainya satu kelas terdiri dari 30 siswa, hanya 3 orang saja yang sudah divaksinasi dan 27 siswa yang belum divaksinasi," ucap Afdhal.

Afdhal mengkritisi perbandingan siswa yang sudah divaksinasi dengan yang belum sangat jauh. Karena itu, ia tak setuju dengan pelaksanaan PTM terbatas.

"Jadi herd immunity di sekolah saja belum terbentuk. Tentu ini sangat membahayakan keselamatan anak," ungkap guru Sosiologi ini. 

Setelah berbulan-bulan sekolah lewat daring, pemerintah kini mengizinkan sejumlah daerah membuka sekolah untuk PTM. Meski begitu, sekolah-sekolah tersebut wajib memenuhi sejumlah syarat, di antaranya minimal 80 persen guru dan siswa sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19. 

Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hendarman memastikan PTM terbatas di wilayah PPKM level 1-3 harus tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, serta kesehatan dan keselamatan seluruh insan pendidikan dan keluarganya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement