Jumat 26 Nov 2021 12:23 WIB

UNESCO Adopsi Perjanjian tentang Kecerdasan Buatan 

Rekomendasi memiliki tiga bagian utama, yaitu nilai, prinsip, dan area strategis.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Kecerdasan buatan (Ilustrasi). Negara-negara anggota Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengadopsi perjanjian global pertama tentang etika Kecerdasan Buatan (AI), pada Kamis (25/11).
Foto: Flickr
Kecerdasan buatan (Ilustrasi). Negara-negara anggota Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengadopsi perjanjian global pertama tentang etika Kecerdasan Buatan (AI), pada Kamis (25/11).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Negara-negara anggota Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengadopsi perjanjian global pertama tentang etika Kecerdasan Buatan (AI), pada Kamis (25/11). 

Perjanjian tersebut diadopsi oleh negara-negara anggota UNESCO dalam Konferensi Umum. Disebutkan bahwa AI memiliki potensi untuk memberi manfaat bagi masyarakat dan ekonomi dalam banyak hal, sekaligus juga menghadirkan risiko dan tantangan. 

Baca Juga

Dalam pernyataan, UNESCO mengatakan rekomendasi tentang etika AI menetapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip umum, yang membantu menciptakan infrastruktur hukum yang diperlukan guna memastikan perkembangan teknologi tersebut secara sehat.

“Dunia membutuhkan aturan untuk kecerdasan buatan yang memberi manfaat bagi umat manusia. Rekomendasi tentang etika AI adalah jawaban utama,” ujar UNESCO dalam pernyataan, dilansir Ani News, Jumat (26/11). 

Rekomendasi memiliki tiga bagian utama, yaitu nilai, prinsip, dan area strategis. Isu utama rekomedasi tersebut antara lain adalah melindungi data, melarang penilaian sosial dan pengawasan massal, hingga membantu memantau dan mengevaluasi, serta melindungi lingkungan. 

Pada 7 dan 8 Desember mendatang, Forum Internasional tentang AI dan Pendidikan 2021 akan diadakan sebagai acara hibrida, yaitu terdiri dari daring dan tatap muka di Qingdao, China.

Peserta akan mempertimbangkan bagaimana tata kelola AI dan jaringan inovasi dapat ditingkatkan untuk mengarahkan kecerdasaan buatan menuju kebaikan bersama dalam pendidikan dan untuk kemanusiaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement