Senin 21 Mar 2022 14:40 WIB

Syahrul Yasin Limpo, Pejuang Birokat Sejak Era Presiden Soeharto Hingga Joko Widodo

Nyali Syahrul Yasin Limpo luar biasa dalam menjaga integritas.

Red: Karta Raharja Ucu
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Foto:

Syahrul Yasin Limpo (SYL) berhasil meraih gelar Profesor Kehormatan dalam Bidang Hukum Tata Negara dan Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas). Komandan itu bernama Syahrul Yasin Limpo.

Sosok Menteri Pertanian yang kaya akan pengalaman. Pintar dan juga cerdas. Dia senang belajar dan senang berdialog dengan semua orang. Seringkali saya melihat dia ada di pasar, di kantor, di pabrik, di warung kopi dan di sawah. Begitulah memang sosoknya. Senang mendengar dan senang menerima masukan.

Baru saya sadari bahwa pengalaman beliau sebagai birokrat sejak usia belia hingga saat ini, tetap menempatkan jalur keilmuan sebagai dasar pijakannya. Pendidikannya sampai S3 dia lakoni tanpa publikasi. Terus mengabdi dan terus menempa diri.

Pengalamannya di pemerintahan dia jalani mulai dari yang terbawah sampai tingkat menteri. Ditambah lagi perhatian dan keaktifan dalam organisasi masyarakat dan partai politik yang membuatnya kuat menghadapi berbagai tantangan.

Tacit knowledge dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersimpan secara personal dalam diri seseorang dan terefleksikan dalam praktik-praktik yang dijalankan orang itu dalam berbagai konteks kehidupan. Itulah Syahrul.

Pengetahuan demikian tidak eksplisit secara tertulis, katakanlah dalam bentuk postulat teoritik atau formula resep, dan juga tidak mengalir melalui institusi formal, ia tertanam dalam praktik dan lebih mengalir melalui percakapan.

Saya menilai beliau sukses memadukan kearifan lokal (Bugis) dengan paduan teori formal sehingga terjadilah hibridasi. Sebagai orang Minang, saya melihat komandan sukses menyeimbangkan dunia yang cepat berubah dengan pola pemerintahan yang adaptif, harmoni dan partisipatif.

Orang Bugis seperti yang orang Minang tahu selalu hebat karena mampu berlari cepat, tetapi ia sampai di tujuan secara bersama dengan mitra, pengikut dan bahkan lawannya sendiri. Artinya pesan kearifan lokal yang beliau angkat dalam orasi tersebut sangat relevan dengan ketatanegaraan dan kepemerintahan.

      

Siri’na tau mabbutayya niakki ri pammarentaya; Harkat, martabat dan gengsinya rakyat dipertanggungjawabkan oleh pemerintah;

Pa’rupanna gauka niakki ri tau jaiya, Parentaia taua ri ero’na. Perwujudan dari segala upaya ada kalau rakyat terlibat dan melibatkan diri di  dalamnya, Maka perintahkan rakyat seperti yang mereka harapkan dan butuhkan.

 

Narekko makkompe’i beccie’e masolanni lipu’e; Bilamana norma tidak dipatuhi maka rusaklah negeri ini; Selamat, Profesor (Unhas) Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH., MSi., MH. Kami turut mendapat pembelajaran yang berarti dari orasi ini, serta pada kesempatan bersama bapak. Salut, komandan! Engkaulah birokrat pejuang, pejuang birokrat yang sejati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement