REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demensia bukanlah penyakit, melainkan sindrom yang berhubungan dengan penurunan kinerja otak. Sederhananya, ini menggambarkan gejala yang terkait dengan kerusakan otak. Gejala-gejala ini sering berupa kehilangan ingatan dan kebingungan.
Sebuah penelitian yang masih berlangsung sedang berupaya untuk menjelaskan potensi penyebab demensia agar bisa dicegah. Meskipun masih banyak yang harus dipahami tentang hubungan tersebut, ternyata kekurangan kadar vitamin D berkaitan dengan risiko demensia.
Vitamin D umumnya dijuluki "vitamin sinar matahari" karena tubuh menciptakannya melalui kontak langsung dengan sinar matahari. Semakin banyak bukti signifikan yang telah menarik hubungan antara rendahnya kadar vitamin D dengan risiko tinggi demensia.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di BMC Neurology, para peneliti secara komprehensif mengeksplorasi hubungan antara kekurangan vitamin D dengan risiko demensia dan penyakit Alzheimer (jenis demensia yang paling umum). Mereka secara sistematis menelusuri Pubmed, Cochrane Library, database Embase, dan daftar referensi artikel ulasan yang relevan.
Analisis subkelompok menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D yang parah dikaitkan dengan risiko Alzheimer 51 persen lebih tinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D mungkin menjadi faktor risiko demensia atau Alzheimer, dikutip dari laman Express, Rabu (13/7/2022).
Para peneliti menyimpulkan, ada hubungan yang signifikan antara kekurangan vitamin D dengan demensia maupun Alzheimer. Penelitian yang lebih terbaru telah dibangun di atas asosiasi tersebut. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada Juni 2022 ini mengaitkan kekurangan vitamin D dengan peningkatan risiko demensia.