Selasa 25 Oct 2022 04:01 WIB

Atasi Kendala Pengembangan Mobil Listrik di Tanah Air, Begini Langkahnya

Perakitan EV di dalam negeri juga bisa berperan dalam efisiensi devisa negara.

Rep: eric iskandarsjah z/ Red: Hiru Muhammad
Pengemudi mengecek mobil listrik Hyundai Ionic 5 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (3/10/2022). DPR menyediakan 55 kendaraan listrik untuk mobilisasi delegasi dalam kegiatan 8th G20 Parliamentary Speakers
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Pengemudi mengecek mobil listrik Hyundai Ionic 5 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (3/10/2022). DPR menyediakan 55 kendaraan listrik untuk mobilisasi delegasi dalam kegiatan 8th G20 Parliamentary Speakers

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tingginya harga baterai membuat harga mobil listrik masih jauh lebih tinggi dibanding mobil konvensional. Di satu sisi, masyarakat yang merogoh kocek lebih untuk membeli mobil listrik atau electric vehicle (EV) juga masih dihantui oleh keterbatasan infrastruktur pengisian baterai.

Pengamat otomotif, Bebin Juana mengatakan, masih minimnya fasilitas charging station di berbagai wilayah yang membuat masyarakat masih ragu untuk menggunakan EV. Menurutnya, persoalan ini harus berkaca pada apa yang dilakukan oleh Tesla di Amerika.

Baca Juga

Mengingat, pabrikan yang fokus dalam pasar EV itu tak hanya menghadirkan produk yang beragam tapi juga menyediakan fasilitas chargis station di berbagai wilayah. Sehingga, Tesla bisa ikut berperan aktif bersama pemerintah dalam menjawab keraguan soal infrastucture lag.

Ia mengamini, pengadaan charging station di berbagai wilayah memang membutuhkan investasi yang sangat besar sehingga beberapa pabrikan masih ragu untuk melakukan hal tersebut. "Solusinya, fasilitas itu bisa dibangun lewat skema patungan antar beberapa pabrikan sehingga setiap pabrikan bisa berperan dalam membangun ekositem dengan biaya yang lebih rendah," ucap Bebin kepada Republika.co.id pada Senin (24/10/2022).

Di satu sisi, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Kukuh Kumara pun mengamini bahwa memang saat ini produk mobil yang paling diminati adalah produk yang hadir dalam harga di bahwa Rp 300 juta.

"Kalau kendaraan listrik bisa dibuat dan dijual dengan kisaran Rp 300 juta ke bawah, tentunya akan mendapat banyak minat," kata Kukuh. Tentu, hal itu hanya bisa diwujudkan lewat produk yang dirakit di dalam negeri dan menggunakan komponen lokal.

Saat ini sendiri, selain Wuling, Hyundai juga jadi pabrikan yang telah melakukan perakitan EV di dalam negeri. Menurutnya, kedua pabrik ite memiliki fasilitas perakitan EV dengan kapasitar 13 ribu unit per tahun.

Diharapkan, total produksi EV itu bisa terus ditingkatkan lewat adanya pabrikan lain yang juga melakukan langkah serupa. Karena, ia menilai, perakitan EV di dalam negeri juga bisa berperan dalam efisiensi devisa negara.

Meskipun, ia menyadari, lokalisasi industri EV ini memang masih memerlukan waktu yang tak sebentar. Tapi, secara paralel, kesiapan lokalisasi ini juga dibarengi dengan kehadiran produk baterai dalam negeri yang siap untuk berkontribusi pada 2024.

Soal penjualan, ia mengungkap bahwa penjualan EV memang terus mengalami peningkatan, baik itu mobil dengan powertrain full listrik maupun hybrid. Dalam periode Januari hingga Juli 2022, penjualan EV secara wholesales berada pada level 4.800 unit.

Artinya, lanjut dia, penjualan EV telah meningkat 51 persen dibanding tahun lalu. Karena, pada sepanjang 2021, penjualan EV berada pada kisaran 3.200 unit.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement