REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obesitas merupakan faktor risiko dari beragam masalah kesehatan yang bisa memicu kematian dini. Menerapkan sarapan yang tinggi protein bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah makan berlebih dan masalah obesitas.
Hubungan antara asupan protein dan obesitas pertama kali disoroti dalam sebuah studi pada 2005. Studi tersebut menyoroti sebuah teori bernama protein leverage hypothesis (PLH).
Menurut teori tersebut, kebutuhan protein yang tak tercukupi dapat menjadi pemicu obesitas. Ketika tubuh tak mendapatkan protein yang cukup, konsumsi lemak dan karbohidrat akan meningkat. Tak hanya itu, kekurangan asupan protein juga dapat meredam sinyal kenyang dan meningkatkan asupan makan.
Melalui sebuah studi terbaru, tim peneliti melakukan analisis terhadap data kesehatan populasi umum untuk memahami hubungan antara asupan protein dan obesitas. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Obesity ini menemukan adanya hubungan antara asupan protein yang rendah saat sarapan atau jam makan pertama dengan asupan makanan yang lebih tinggi di sepanjang hari.
Studi ini melibatkan data dari 9.341 orang dari Australian Bureau of Statistics. Para partisipan memiliki rerata usia 46,3 tahun.
Berdasarkan data, jumlah rerata asupan protein para partisipan adalah 18,4 persen dari total kebutuhan energi harian. Sedangkan jumlah rerata asupan karbohidrat, protein, dan alkohol harian adalah 43,5 persen, 30,9 persen, dan 4,3 persen dari total kebutuhan energi harian.
Setelah melakukan perbandingan data, tim peneliti mendapati bahwa orang yang terbiasa sarapan dengan menu minim protein cenderung mengonsumsi lebih banyak kalori di jam makan berikutnya. Tim peneliti juga menemukan bahwa asupan protein yang rendah akan diikuti dengan peningkatan konsumsi lemak, karbohidrat, gula, dan alkohol.
Tim peneliti juga menemukan besaran protein yang dikonsumsi saat sarapan atau jam makan pertama turut mempengaruhi preferensi orang dalam memilih makanan. Orang dengan menu sarapan minim protein cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan ultra proses.
"Meski orang-orang yang sarapan minim protein memilih menu berprotein lebih tinggi di jam makan berikutnya (makan siang dan makan malam), itu biasanya tak cukup untuk mengompensasi rendahnya protein yang dikonsumsi di awal hari," jelas peneliti dan Chair of Nutritional Ecology di University of Sydney, Prof David Raubenheimer, seperti dilansir Medical News Today.
Asisten profesor di UCLA Fielding School of Public Health, Dr Dana Ellis Hunnes PhD MPH RD, mengatakan protein dapat memperlambat lajut pencernaan dan penyerapan gula serta karbohidrat dari makanan. Sebaliknya, menyantap menu sarapan yang tinggi akan gula atau makanan olahan, makanan tersebut akan dicerna dan diserap dengan cepat.
"Ini menyebabkan kadar insulin kita melonjak dengan sangat cepat, menyebabkan sel-sel kita mengambil gula dari darah kita dengan sangat cepat. Ini akan menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat, yang bisa membuat kita lapar lagi," ujar Dr Hunnes yang tak terlibat dalam studi.