Oleh : Muhlisin Ibnu Muhtarom*
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada bulan Februari ini, terutama di pekan kedua, sebagian masyarakat kita khususnya kaum remaja dan pemuda dihadapkan pada gencarnya iklan dan promosi Hari Kasih Sayang atau yang lebih populer dengan Valentine Day. Terlepas dari pro kontra Valentine Day, yang pasti bahwa Islam sudah sejak lama mengajarkan dan mengaplikasikan urgensi kasih-sayang ini.
Kini, kita patut lebih bersyukur lagi, bahwa pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Desember 2020 lalu, yang juga bersamaan dengan catatan sejarah virus corona melanda dunia, telah ditetapkan bahwa tanggal 4 Februari sebagai Hari Internasional Perasudaraan Manusia. Keputusan humanis tersebut, merujuk kepada munasabah atau momentum penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia oleh Ketua Majlis Hukama Muslimin, Grand Syekh Al Ahar Mesir, Prof. Dr. Ahmad Thayib dan Pemimpin Gereja Katolik Paus Fansiskus di Abu Dhabi, pada 4 Februari 2019.
Salah satu karakter menonjol syariat Islam adalah wasathiyah, moderat atau pertengahan dan menjunjung tinggi kasih sayang. Begitu banyak nash dari al-Qur’an maupun Hadits yang menjelaskan hal itu. Di antaranya, Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 143: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”.
Juga dalam Al Qur’an Surat Al-Anbiya’: 107, Allah SWT menegaskan: “Kami tidaklah mengutusmu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat (kasih sayang) bagi seluruh alam”.
Sabda Rasulullah Muhammad SAW, “Orang-orang yang penyayang akan disayangi Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah siapa yang ada di atas muka bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh siapa yang ada di langit”. HR. Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr dan dinilai hasan sahih oleh Tirmidzy.
Dalam mengajarkan kasih sayang, Islam tidak hanya dengan memaparkan konsep global, namun juga menjabarkannya secara terperinci. Menyebutkan gambaran-gambarannya secara detil dan dengan begitu jelas praktek nyatanya dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari orang terdekat, yakni anak dan istri, hingga manusia terjauh baik dari sisi kekerabatan maupun keyakinan, semuanya berhak mendapat kasih sayang sesuai dengan porsi dan aturan yang telah digariskan agama.
Dalam menebarkan kasih sayang, Islam tidak hanya berhenti dalam wilayah sesama muslim saja, namun juga berhubungan dengan non muslim. Di antara gambarannya yang paling jelas, Islam memotivasi tanpa memaksa mereka untuk masuk dan mengikuti agama kasih sayang; agama Islam, agar mereka bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Rasulullah SAW bersabda,“Demi Allah, tidaklah seorang pun dari umat ini, entah itu Yahudi atau Nasrani, yang mendengar tentang diriku, lalu ia mati dalam keadaan belum beriman dengan risalahku, melainkan ia akan menjadi penghuni neraka”. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
Bagaimana jika ternyata mereka masih enggan masuk Islam, namun tidak memerangi kaum muslimin?, maka mereka tetap wajib disikapi dengan baik penuh kasih-sayang. Merekalah yang disebut kafir dzimmiy/kafir Ahdiy oleh Rasulullah SAW. Allah ta’ala menjelaskan, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kalian dari kampung halaman. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”. QS. Al-Mumtahanah: 8.
Dalam hal ini Rasulullah mendeklarasikan: “Barang siapa yang menyakiti seorang kafir dzimmy maka dia telah menyakitiku!”. Berangkat dari semangat inilah maka salah seorang cendekiawan muslim kontemporer, Syekh Dr. Yusuf Qardhawiy menyebut orang-orang Kristen Optik Mesir dengan ‘Ikhwanunal Aqbath’.
Demikian pula semangat kebersamaan yang dinyatakan di awal dokumen Persaudaraan Manusia yang ditanda-tangani dua tokoh agama besar di dunia, yang namanya telah disebut di awal:
باسم الله الذي خلق البشر جميعا متساوين في الحقوق والواجبات والكرامة، ودعاهم للعيش كإخوة فيما بينهم ليعمروا الأرض، وينشروا فيها قيم الخير والمحبة والسلام.
Dengan Nama Allah yang telah menciptakan seluruh manusia sama (derajatnya) dalam (memperoleh) hak-hak, (menunaikan) kewajiban-kewajiban dan (mendapatkan) kemuliaan, dan menyeru mereka untuk hidup sebagai saudara di antara mereka untuk memakmurkan bumi dan menebarkan nilai-nilai kebaikan, cinta-kasih dan perdamaian.
Terkhusus, bagi Warga Negara Indonesia maka pada tanggal 14 Februari 2024 ini, kita semua akan diuji bagaimana dalam menjalankan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, serta para anggota dewan periode 2024-2029. Berikut beberapa pandangan penulis sampaikan dengan harapan bisa menjadi pencerahan dan atau inspirasi bertoleransi dalam praktek berdemokrasi.
Fenomena cinta dan benci membabi-buta kepada para pasangan calon (paslon) idola, mengingatkan kita pada ungkapan indah dalam Bahasa Arab (Mahfudzat):
وعين الرضا عن كلّ عيب كليلة, كما أن عين السخط تبدى المساويا.
Ada pesan humanis dalam hal ini, "Cintailah kekasihmu (termasuk para paslon) sekedarnya saja, karena bisa jadi nanti akan jadi orang yang kamu benci. Dan, bencilah orang yg kamu benci sewajarnya saja, karena bisa jadi akan berubah jadi orang yg dicintai suatu saat nanti!'.
أحبب حبيبك هونا ما عسى أن يكون بغيضك يوما ما, وابغض بغيضك هونا ما عسى أن يكون حبيبك يومًا ما.
7 Kiat Agar Pilpres Jangan Bikin Stres
1. Yakinilah dengan haqqul yaqin bahwa Allah SWT sudah memiliki grand scenario of life, termasuk Pilpres ini, 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
2. Niatkanlah ikut terlibat dalam Pilpres sebagai bagian dari ibadah ghairu mahdhah. Adapun mereka yang berbeda pandangan terhadap sistem demokrasi, harap dimaklumi.
3. Pahamilah bahwa masing-masing Capres dan Cawapres pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. No body perfect.
4. Sadarilah bahwa Pilpres adalah salah-satu Wasilah (media) untuk memilih Pemimpin Nasional, bukan satu-satunya cara pemilihan, dan tentu saja bukan Ghayah (tujuan).
5. Sikapilah perbedaan pilihan dengan dewasa. Meski kita berbeda-beda dalam pilihan Capres - Cawapres idola, tetaplah kita saudara se-IndONEsia.
6. Perbanyaklah bagikan kebaikan-kebaikan serta kehebatan Capres-Cawapres agar menjadi inspirasi dan motivasi. Jangan sebarkan keburukan dan atau kekurangan mereka, karena kalau tidak ghibah, pastinya jadi fitnah alias black campaign.
7. Renungkanlah bahwa dalam hidup dan kehidupan ini, ada masalah yang solusinya dalam kendali kita langsung, dalam kendali tidak langsung dan di luar kendali kita sama sekali. Fokuslah pada yang pertama. Lakukan apa yangg bisa dilakukan dengan semaksimal mungkin, kemudian serahkanlah hasilnya kepada Allah SWT sebagai Ahkamul Haakimiin (sebaik-baik pengambil hukum/keputusan). Faedah orang yang tawakkal kepada Allah SWT: Jika Sukses Tidak Akan Sombong, Jika Gagal Tidak Akan Stres. Semoga!.