Jumat 16 Feb 2024 11:16 WIB

Diklaim Bisa Atasi Ngorok, Tren Plester Mulut Justru Membahayakan!

Memakai plester mulut untuk memgatasi ngorok menjadi tren yang bertahan lama.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Plester mulut (ilustrasi). Memakai plester mulut untuk mengatasi ngorok justru dapat membahayakan kesehatan.
Foto: Dok. Freepik
Plester mulut (ilustrasi). Memakai plester mulut untuk mengatasi ngorok justru dapat membahayakan kesehatan.

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Saat ini semakin banyak tren di media sosial untuk membantu seseorang bisa tidur. Namun salah satu tren seperti menutup mulut dengan perekat atau plester saat tidur, tampaknya cukup bertahan lama.

Baca Juga

“Perekat mulut telah menjadi tren kesehatan yang populer untuk memaksa pernapasan hidung pada malam hari yang dianggap meningkatkan kualitas tidur, kognisi dan fokus di siang hari, serta kesehatan jantung,” kata Taylor Fazio, penasihat kesehatan di Lanby, suatu layanan kesehatan, dilansir dari HuffPost, Kamis (15/2/2024). 

Pada dasarnya, praktik ini melibatkan penggunaan selotip berpori untuk menutup mulut pada malam hari. Jika menempelkan plester sebelum tidur, mulut akan tetap tertutup saat tidur, sehingga harus bernapas melalui hidung.

Hal ini juga diyakini mencegah efek negatif pernapasan mulut, yang dikaitkan dengan kerusakan gigi, mulut kering, bau mulut dan penyakit gusi. Seperti banyak tren kesehatan lainnya, tren menutup mulut tampaknya telah muncul selama beberapa tahun terakhir.

"Ini karena video viral TikTok yang memberi iming-iming manfaatnya dalam mengurangi dengkuran (ngorok)," kata Wendy Troxel, spesialis pengobatan tidur perilaku dan penulis Sharing the Covers: Every Couple’s Guide to Better Sleep. Menurut dia, penting untuk dicatat bahwa ini bukanlah strategi yang didukung bukti ilmiah, juga tidak direkomendasikan oleh dokter.

Mengapa orang melakukan ini?

Pernapasan hidung umumnya lebih bermanfaat dibandingkan pernapasan mulut. Bernapas melalui hidung memungkinkan untuk menyaring udara yang dihirup saat tidur, dan juga menghangatkan serta melembapkan udara.

"Sehingga ini dapat mengurangi iritasi saat melewati saluran udara dan masuk ke paru-paru Anda,” kata dr Angela Holliday-Bell, dokter anak dan spesialis kesehatan tidur klinis bersertifikat. 

Bernapas melalui hidung juga membantu elastisitas paru-paru dan menyebabkan lebih banyak penyerapan oksigen dalam darah. Semua hal ini membantu meningkatkan kualitas tidur.

Fazio merujuk pada buku populer James Nestor tahun 2020 Breath: The New Science of a Lost Art yang memuji manfaat tambahan pernapasan hidung terkait dengan fokus di siang hari, kinerja atletik, pengaturan stres, dan struktur wajah. Pada dokter gigi juga disebut biasanya dapat mengidentifikasi pola pernapasan berdasarkan struktur mulut.

Meskipun para ahli sepakat bahwa pernapasan hidung secara umum lebih baik daripada pernapasan mulut, menutup mulut tetap tidak direkomendasikan. "Telah terbukti ada manfaatnya pada beberapa individu tertentu, namun penelitian lebih lanjut mengenai penggunaannya tetap diperlukan,” kata Holliday-Bell.

Apa kerugiannya?

Ada kekhawatiran keamanan mengenai penggunaan plester mulut. Holliday-Bell mengatakan jika seseorang benar-benar perlu bernapas melalui mulut saat tidur karena hidung tersumbat atau alasan lain, menutup mulut dapat menyebabkan kesulitan bernapas pada malam hari. "Hal ini juga dapat menyebabkan isi perut masuk ke paru-paru karena refluks atau muntah. Beberapa orang mungkin juga mengalami iritasi akibat penggunaan plester," ujarnya.

Sementara itu, Fazio merekomendasikan hanya menggunakan penutup mulut medis khusus yang dapat mendukung bernapas, hipoalergenik, dan mudah dilepas, dibandingkan produk yang tidak ditujukan untuk tubuh, seperti plester atau selotip. Sering kali dengan penutup medis, air liur dan tekanan lidah akan dengan mudah melepaskan plester saat diperlukan.

Cara lain untuk mengatasi masalah tidur

Troxel mengatakan, beberapa metode lain untuk mengatasi masalah tidur dan pernapasan memiliki dasar yang lebih jelas dalam sains. Jika khawatir tentang mendengkur, atau pasangan, cobalah strategi yang benar-benar sudah terbukti secara ilmiah. 

Pertama, jika mendengkur adalah masalah besar, penting untuk menemui dokter untuk mengetahui penyebabnya misalnya akibat sleep apnea. Kondisi apnea masih kurang terdiagnosis dan merupakan kondisi kesehatan yang serius jika tidak diobati.

Dia mencatat tidur menyamping atau tidur dengan posisi sedikit lebih tinggi dapat mengurangi pernapasan mulut dan mendengkur. Meskipun ini bukan cara tidur pilihan Anda saat ini, tapi bisa dicoba untjk mengubah posisi tidur default dengan penempatan bantal yang strategis dan bahkan perangkat khusus.

Solusi potensial lainnya untuk mendapatkan tidur yang lebih baik adalah dengan menggunakan strip hidung, menguji teknik relaksasi, menjalani tes asma dan alergi, serta meningkatkan kebersihan mulut dan tidur. Sedangkan apabila masalahnya karena terganggu dengan pasangan yang biasa mendengkur saat tidur, maka bisa memakai penutup telinga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement