Senin 08 Jul 2024 07:30 WIB

Fakta Seputar Grand Syekh Al-Azhar yang Tiba di Indonesia Hari Ini: Tokoh Reformis Humanis

Grand Syekh Al-Azhar Mesir diagendakan di Indonesia 8-11 Juli 2024

Red: Nashih Nashrullah
Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmed El Tayeb. Grand Syekh Al-Azhar Mesir diagendakan di Indonesia 8-11 Juli 2024
Foto:

Oleh : Dr Usman Syihab, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo (2016-2020)

Muhammad Abduh mengkritik Al-Azhar yang saat itu hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan dan tidak mengajarkan ilmu-ilmu umum, sistem ujian akhir yang menyulitkan, tidak memiliki perpustakaan dan administrasi pendidikan yang lemah.

Muhammad Abduh menyerukan reformasi pendidikan dalam hal-hal tersebut. Seruan reformasi itu pun baru dapat dilaksanakan setelah tiga puluh tahun beliau meninggalkan Al-Azhar, yaitu ketika muridnya Syekh Mustafa Al-Maraghi menjadi Syekh Al-Azhar di periode kedua antara 1935-1945.

Syekh Tayeb mengadapai persoalan-persoalan yang lebih luas dan global, tidak hanya dalam pengembangan sitem pedidikan di Al-Azhar, tetapi juga bagaimana menjadikan Al-Azhar dapat berperan lebih aktif dan besar dalam menyelesaiakan berbagai persoalan keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan di dalam negeri dan untuk masyarakat dunia.

Merujuk pada buku yang ditulis Al-Yamani Al-Fakhrani tentang beliau, majalah Shaut Al-Azhar, pidato yang beliau samapaikan di berbagai seminar, juga pengalaman saya saat tugas sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbut) di KBRI Kairo (2016-2020) yang beberapa kali sempat jumpa dengan beliau, saya melihat ada beberapa isu dan persoalan yang menjadi perhatian dan yang menurut Syekh Al-Azhar harus direformasi, antara lain yaitu:

  1. Sistem pendidikan dan peran Al-Azhar, sistem dan kurikulum pendidikan dari jenjang dasar, menengah hingga jenjang perguruan tinggi harus terus diperbaiki, demikian juga berbagai lembaga di bawah Al-Azahar perlu direformasi dalam menejemen dan sarana-prasarana yang dimiliki, dan dalam mengembangkan peran Al-Azhar dalam reformasi pemikiran Islam dan menyelesiakan isu-isu kemanusiaan dan perdamain dunia
  2.  Sikap beragama yang palsu, yaitu cara beragama yang tidak tulus, yang mengakibatkan ekstremitas dalam pemikiran dan kekerasan dalam tindakan, sikap beragama seperti ini harus diperangi, karena ia bertentangan dengan cara beragama yang moderat (wasatiyah) dan yang tidak menyulitkan
  3. Kondisi perempuan Muslimah, menurut beliau perempuan Islam banyak yang masih terbelenggu dengan tradisi warisan jahiliyah, yang kehilangan banyak haknya pada sisi sebaliknya banyak yang terbebes dan menjadi budak tradisi barat dan mencerabut semua akar tradisi dan agama mereka, diperlukan usaha pemahaman yang benar terhadap status perempuan dalam Islam
  4. Kemerdekaan dan persatuan umat Islam, ia adalah kondisi yang menyakitkan, Al-Azhar, dengan kepemimpinan beliau berusaha membantu menyelesiakan pertikaian antar umat, membantu minoritas muslim yang teraniaya, dan memnyerukan persatuan antara kelompok dan golongan termasuk antara Sunni dan Syiah
  5. Peradaban umat yang tertinggal; semua usaha pembaruan bertujuan untuk kemajuan peradaban umat dan memerangi ketertinggalan. Beliau terus memahamkan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan pemanfaatan kemajuan teknolog modern dengan tepat, dengan berbagai upaya alih teknologi yang benar untuk kemudian belajar melepaskan diri dari ketergantungan dengan orang lain
  6. Pendidikan sikap kritis umat; beliau melihat pentinganya memberikan pendidikan sikap kritis pada umat, sehingga mampu bergaul secara benar dengan bangsa dan umat lain, tradisi, budaya, sikap dan cara berpikir lain dari Islam
  7. Pentingnya madzhab Asya’ry, dinilai oleh Syekh Al-Azhar sebagai madzhab yang moderat yang benar, yang menyatukan antara wahyu dan rasio, madzhab yang mendahulukan aspek-aspek yang tetap dari yang berubah.

Masih dengan merujuk...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement