BANGKOK -- Demonstrasi yang relatif berjalan damai sejak hampir sebulan belakangan di Bangkok tiba-tiba berubah kacau setelah para demonstran bentrok dengan tentara. Sekitar 20 orang tewas dalam bentrokan tersebut dan 825 lainnya luka-luka dalam bentrokan yang terjadi pada Sabtu (10/4) malam.
Kelompok "Kaus Merah" mendesak Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva untuk keluar negeri, namun hal ini dengan tegas ditolaknya. Hingga Ahad (11/4) belum tercapai kesepakatan antara pemerintah dan demonstran, kendati suasana kota Bangkok sudah berangsur tenang.
Bentrokan terjadi di wilayah kota tua Bangkok, markas besar tentara serta di beberapa titik demonstrasi lainnya saat tiba-tiba terjadi lemparan granat dan tembakan senjata api. Saksi mata menyatakan tentara berupaya menenangkan demonstran dan memaksa mereka mundur dengan memberi tembakan peringata ke udara dan gas air mata. Namun keadaan malah semakin kacau hingga terjadilah tembakan-tembakan yang tidak terkendali
Bentrokan berdarah ini merupakan yang terburuk dalam 18 tahun belakangan dan sebagian terjadi di tempat pariwisata di Bangkok. Kondisi berangsur tenang setelah tentara menyatakan mundur dan mendesak agar para demonstran melakukan hal yang sama. Empat tentara dan puluhan tentara lainnya luka-luka dalam bentrokan tersebut.
Kota berpenduduk 15 juta jiwa itu Ahad kemarin kembali membuka kembali layanan monorailnya secara terbatas. Mereka masih menghindari wilayah pusat perbelanjaan yang telah diduduki oleh para demonstran selama sepekan.
Pemerintah mengatakan telah menunjuk seorang pembantu senior perdana menteri untuk melakukan kontak dengan Kaus Merah untuk menghentikan konfrontasi. Namun belum ada tanda-tanda dicapainya kesepakatan. Sebelumnya Kaus Merah mendesak agar pemerintah membubarkan parlemen dan menggelar pemilihan umum ulang. PM Abhisit tidak memenuhi keinginan tersebut.
Abhisit menegaskan ini adalah pertama kalinya pemerintah Thailand mau bernegosiasi dengan demonstran dua kali. namun ia tidak sepakat dengan keinginan demonstran yang dinilainya tidak masuk akal.
Saat muncul di TV nasional kemarin, Abhisit menyatakan pemerintah selama ini telah bersabar menghadapi demonstran, namun saat demo sudah berubah kacau, ini tidak dapat dibiarkan. Media melaporkan demonstran membawa senjata yang katanya disiapkan untuk menjaga diri.
Salah satu pimpinan Kaus Merah Nathawut Saikua menyatakan ini hanyalah ronde pertama, ia menekankan akan melanjutkan upaya mendesak pemerintah.
Sementara Veera Musikhapong, yang berpartisipasi dalam negosiasi dengan pemerintah membuat pernyataan tegas, bahwa demonstran mendesak agar parlemen dibuarkan secepatnya, dan bukan dalam waktu 15 hari tuntutan sebelumnya. Dalam opini masyarakat yang dilansir media setempat menilai pemerintahan Abhisit terlalu lunak dalam berurusan dengan kelompok demosntran.