REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kebutuhan psikiater di Indonesia dinilai sangat jauh dari kondisi ideal. Dengan jumlah psikiater yang hanya mencapai 600 orang, satu orang psikiater harus melayani kurang lebih 500 ribu pasien. Hal ini disampaikan oleh Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Irmansyah di Jakarta, Senin (24/5).
Irmansyah mengatakan, idealnya satu orang dokter hanya melayani 30 ribu pasien. Kondisi tersebut, bahkan jauh lebih bagus di negara-negara maju, seperti Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa. ''Di sana perbandingannya mencapai 1 banding 10 ribu,'' sebutnya.
Hal ini diperparah dengan sedikitnya fakultas yang melayani pendidikan kesehatan jiwa di Indonesia. Dari sembilan fakultas yang ada, hanya terdapat enam di antaranya yang aktif meluluskan alumusnya. ''Itu tiap tahun hanya meluluskan 10 sampai 20 psikiater per tahun,'' ujar Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia , Tun Kurniasih Bastaman.
Tun mengatakan, 200 ribu psikiater tersebut terdapat di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Sedangkan untuk beberapa daerah lainnya, pihaknya menengarai kurangnya fasilitas kesehatan jiwa yang ada.
Bahkan terdapat delapan provinsi yang tidak mempunyai rumah sakit jiwa. Delapan provinsi tersebut adalah, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Banten, Kepulauan Riau, dan Gorontalo. ''Di seluruh Pulau Kalimantan, hanya terdapat 11 psikiater,'' ungkap Tun. Hingga saat ini, total terdapat 33 RSJ di seluruh Indonesia.
Padahal, Tun menjelaskan, perempuan dan laki-laki mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap penyakit kejiwaan. ''Untuk penyakit kejiwaan berat, perempuan mempunyai ketahanan yang sama laki-laki,'' tuturnya. Sedangkan untuk penyakit kejiwaan ringan, perempuan menjadi pihak yang sangat rentan. ''Perempuan mempunyai kemungkinan dua kali lebih tinggi daripada laki-laki,'' paparnya.