REPUBLIKA.CO.ID,PODGOMICA--Montenegro meminta mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra menghindari membuat tanggapan umum selama tinggal di negara Balkan itu, kata sumber pada Rabu.
Permintaan itu datang sehari setelah pengadilan di Thailand menyetujui perintah penangkapan atas Thaksin dengan tuduhan terorisme atas kekerasan politik baru-baru ini di Bangkok, yang menewaskan lebih dari 80 orang. "Kementerian Luar Negeri meminta mantan perdana menteri itu menahan diri dari membuat tanggapan," kata sumber Montenegro, yang dekat dengan Thaskin.
Menurut sumber Montenegro itu, yang berbicara dengan syarat tak dikenali, Thaksin akan kembali di negara Adriatik tersebut pada Rabu dari perjalanan singkat ke Siprus. "Ia akan tinggal dua hari berikutnya di Montenegro dan mungkin pergi ke Prancis sesudah itu," kata sumber itu.
Kementerian luar negeri Prancis pada Selasa menyatakan membujuk Thaksin membatalkan rencana memberikan pidato tentang kemelut politik Thailand untuk kelompok pemikir sedikit dikenal di Paris pada 31 Mei. Namun, pimimpin kelompok penggalang pidato itu bersikeras akan meneruskan rencananya.
"Terkait dengan kekerasan di Thailand, kami memberitahu pak Thaksin, yang akan melakukan lawatan pribadi, bahwa ia hendaknya tidak membuat pernyataan atau membuat kegiatan di depan umum selama tinggal di wilayah kami," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Bruno Valero.
Dakwaan terhadap Thaksin di negeri asalnya termasuk bahwa ia memodali unjukrasa itu dan menghasut kerusuhan dari luar negeri. Kebanyakan pengunjukrasa dari kelompok Baju Merah berasal dari desa dan kelas pekerja miskin perkotaan. Mereka pendukung Thaksin, yang terpilih dua kali, karena kebijakannya, yang merakyat semasa berkuasa pada 2001-2006.
Hartawan telekomunikasi-beralih-politisi itu digulingkan dalam kudeta tentara tak berdarah pada 2006 dan tinggal di pengasingan, terutama di Dubai, untuk menghindari hukuman penjara dua tahun akibat perkara korupsi. Thaksin Shinawatra pada ahir April di Podgornica menyatakan berhubungan dengan pengunjukrasa Baju Merah di Thailand. "Ya, kami berbicara. Kami hanya berjuang demi demokrasi. Biarkan mereka berjuang demi demokrasi dan keadilan. Itu saja," kata Thaksin kepada wartawan secara singkat.
Baju Merah, yang mengadakan unjukrasa besar di Bangkok dalam beberapa minggu, menuduh pemerintah tidak demokratik, karena berkuasa pada 2008 setelah Mahkamah Konstitusi menggulingkan sekutu Thaksin. Mantan perdana menteri itu, yang memegang paspor republik Adriatik tersebut, tiba di Montenegro pada ahir pekan sebelumnya untuk melakukan pembicaraan tentang penanaman modal di negara itu.
"Kami mencari peluang menanam modal, namun belum ada kesimpulan," kata Thaksin setelah bertemu dengan perwakilan bank Keuangan Pertama, bagian dari Kelompok Restis Yunani, yang dimiliki tokoh terkemuka perkapalan Victor Restis.
Kelompok Restis, yang mengambil alih sewa pulau mewah Sveti Stefan di Montenegro pada 2009, sebelumnya membantah bahwa Thaksin merundingkan kemungkinan menanam modal di loka wisata itu.
Thaksin juga membantah bahwa kesepakatan telah tercapai. Itu kali kedua Thaksin mengunjungi Montenegro pada tahun ini. Pada 13 Maret, ia tiba dengan pesawat pribadi dari Dubai di Trivat, kota pesisir Montenegro. Pejabat Montenegro belum pernah menjelaskan cara Thaksin, mantan hartawan telekomunikasi, memperoleh kewarganegaraan republik bekas Yugoslavia itu.