REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG--Wartawan TvOne, Muhammad Yasin mengaku serangan yang dilakukan Israel terhadap kapal Mavi Marmara, pekan lalu berlangsung cepat dan membabi buta. Namun, ia menyayangkan serangan itu dilakukan ketika Mavi berada pada zona perairan Internasional.
"Saya tidak mengerti kesalahan kami. Kami dituduh masuk zona perairan mereka. Padahal kami berada di perairan internasional," ungkap Yasin kepada para wartawan, setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (7/6).
Ia menyebut selain ditembaki membabi-buta, kapal yang ia tumpangi juga mendapat serangan bom. Tak hanya itu, kata dia, sniper dimana-mana untuk mengawasi para relawan dalam kapal.
"Kami wartawan, awalnya bertahan di press room karena kami dikepung. Kemudian mereka menembaki kami. Tidak berhenti, mereka melempari bom ke arah kapal," tuturnya.
Yasin juga bercerita, ketika terjadi penyerangan, tentara Israel tak akan segan menembaki siapa saja yang melakukan gerakan mencurigakan. Ia mengungkap Surya tertembak saat melakukan pemotretan ketika aksi penyerangan berlangsung.
"Surya ditembak di dada. Semua dirampas termasuk hasil dokumentasi kami. Tidak bisa diselamatkan karena tentara Israel memeriksa secara ketat," katanya. Ia mengatakan semua momen yang ia ingat ketika penyerangan sangat penting.
Meski nyawanya terancam, Yasin mengaku tidak kapok. "Itu adalah momentum berharga ketika kita belum sampai Gaza tapi kita sudah melihat apa yang sebetulnya terjadi di Gaza," ujarnya.
Terkait kondisi relawan yang masih berada di Amman, Yordania, Yasin menyatakan relawan di sana baik-baik saja. "Mereka berencana akan terus melanjutkan misi kemanusiaan. Ada relawan yang berkoordinasi di Turki untuk melayat yang gugur dan ada pula yang berencana kembali ke Gaza."