REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Cina yang selama ini memilih enggan berkomentar apalagi merekomendasikan sanksi terkait ulah sekutu terdekatnya, Korea Utara, akhirnya meluncurkan pula protes diplomatik keras. Protes itu dikeluarkan setelah seorang penjaga perbatasan Korut menembak mati tiga warga Cina dan melukai seorang lagi di perbatasan dua negara itu pekan lalu.
Penjaga itu menembak empat waga di perbatasan timur laut kota Dandong, Jumat (4/6) pekan lalu setelah mencurigai mereka melintas perbatasan untuk melakukan transaksi perdagangan ilegal, demikian menurut pernyataan jurubicara Kementrian Luar Negeri, Qin Gang, Selasa (8/6).
"Pagi hari pada 4 Juni, beberapa warga Dandong, propinsi Liaoning ditembak oleh seorang penjaga perbatasan DPRK karena dicurigai melewati perbatasan untuk aktivitas perdagangan. Kejadian itu menewaskan tiga orang dan membuat seorang terluka," ujarnya dalam temu pers yang digelar rutin. Ia menggunakan akronim resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK)
"Cina memandang sangat penting kejadian ini dan mengeluarkan pernyataan keras terhadap DPRK. Kini kasus tersebut tengah diselidiki lebih lanjut, ujarnya. Dandong memang merupakan salah satu titik utama dalam lalu lintas barang keluar-masuk ke Korea Utara dari Cina.
Selain pernyataan tadi, Qin tidak memberi informasi detail lebih lanjut. Kasus tersebut juga dilaporkan dan menjadi pembicaraan media di Korea Selatan, namun Korea Utara tidak mengakui adanya penembakan tersebut.
Padahal dua negara tersebut adalah sekutu terdekat dan Cina jarang sekali mengkritik Korut secara terbuka. Cina memiliki peran krusial bagi keberlanjutan hidup Korea Utara dengan mengirimkan makanan, bahan bakar dan menanamkan investsi di negara tertutup yang miskin tersebut.
Bulan lalu, pimpinan tertinggi Korut, Kim Jong Il, membayar dengan melakukan kunjungan--yang terhitung sangat jarang--ke Cina. Lawatan ke Beijing itu dalam rangka mencari tambahan bantuan ekonomi untuk negaranya.
Sebagai kompensasi, ia menyetujui kembali ke meja perundingan melibatkan enam negara terkait program senjata nuklir Pyongyang yang dituanrumahi Cina, meski belum ada tanggal ditetapkan hingga kini. Hanya saja, perundingan itu pun terancam gagal mengingat ketegangan di Semenanjung Korea kian meninggi sejak tenggelamnya kapal perang Korsel, Cheonan, pada Maret lalu yang merenggut 46 nyawa pelaut.
Perbatasan Cina-Korut merupakan kawasan di mana aktivitas utama terjadi. Di titik ini, banyak rakyat miskin Korut keluar untuk masuk ke Korsel lewat perbatasan Cina-Korsel. Lebih dari 16 ribu orang telah pindah menuju Korea Selatan sejak Perang Korea. Tahun lalu, 2.800 warga Korut tiba di di Selatan, kemudian lebih dari 2.500 orang pada dua tahun sebelumnya, 2007.
Pada Maret 2009, dua jurnalis Amerika ditangkap di dekat kota perbatasan Dandong. Dua wartawan itu, Laura Ling dan Eune Lee, memasuki Korea Utara ketika meliput cerita tentang para wanita Korut yang dijual dan dipaksa menjadi menjadi penjaja seks atau pengantin dalam perkawinan paksa ketika mereka menyebrangi Cina. Mereka ditangkap oleh tentara Korea Utara setelah mereka menginjakkan kaki di daratan Cina. Tak lama kemudian mereka dibebaskan.