Kamis 10 Jun 2010 19:40 WIB

Menag Paparkan Peran yang Harus Dijalankan Tokoh Agama

Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tokoh agama memiliki peran strategis sebagai agen perubahan sosial. Oleh karena itu para pemuka agama dituntut menggali dan memantapkan kembali etika kehidupan yang religius dan bermartabat di tengah-tengah tantangan kehidupan global. Demikian disampaikan Suryadharma Ali, Menteri Agama, saat membuka Kongres Nasional Tokoh Agama (KNTA) Ke III di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Rabu (9/6) malam.

Suryadharma mengemukakan, masih banyak tantangan dan permasalahan yang harus diperbaiki. Mulai dari perbaikan di bidang ekonomi, hukum, pendidikan, sosial, politik, budaya dan moralitas bangsa. Menurut dia, persoalan yang paling penting dan perlu diperhatikan adalah krisis moral dan etika. “Keduanya mempengaruhi berbagai bidang kehidupan lainnya,” katanya.

Menurut Suryadharma, kongres kali ini berbeda dengan kongres sebelumnya. KNTA ke-1 pada tahun 2006 fokus pada topik pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa. Sedangkan KNTA ke-2 membahas peran agama dalam menyikapi krisis ekonomi global. KNTA ke-3 akan membicarakan tema “Kongres Umat Beragama Untuk Memantapkan Etika Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.”

Oleh karena itu Suryadharma berharap, KNTA kali ini dapat menghasilkan rumusan positif yang konkret dan bermanfaat bagi perbaikan masyarakat dan negara ke depan. Selain itu, dia berharap seluruh jajaran Kementerian Agama baik pusat maupun daerah menindaklanjuti hasil kongres sebagai acuan program ke depan.

Sementera itu, Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional, mengungkapkan ada tiga peran yang dapat dijalankan oleh tokoh agama yaitu peran edukasi yang mencakup seluruh dimensi kemanusiaan. Para tokoh agama berperan penting membangun karakter bangsa. Peran tokoh agama yang kedua, lanjut dia, memberi pencerahan kepada masyarakat di saat situasi-situasi yang tidak menentu. Peran ketiga membangun sistem, satu tradisi, budaya yang mencerminkan kemuliaan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement