REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG--Ribuan eks pengungsi Timor Timur di Timor bagian barat, wilayah Nusa Tenggara Timur baik yang masih menempati kamp darurat maupun perumahan bantuan pemerintah, belum mendapat pelayanan listrik.
Anggota DPD dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Sarah Lery Mboeik, di Kupang, Rabu (30/6) mengatakan, selain pemukiman jauh dari akses listrik, warga eks pengungsi pun tidak memiliki kemampuan untuk membayar pemasangan listrik bila bukan ditanggung pemerintah.
Padahal, katanya, dengan adanya listrik warga eks pengungsi bisa membuka usaha kecil-kecilan seperti membuat es. Paling tidak penerangan listrik saat malam hari bisa digunakan anak-anak belajar.
Dia mengatakan, negara belum memenuhi hak-hak dasar eks pengungsi, terutama mereka yang menetap di wilayah perbatasan. Situasi ini,tidak boleh berlangsung terus menerus, karena bisa menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu meledak.
Jangan heran, katanya, kalau dari sekarang saja ada warga eks pengungsi yang menyatakan keinginan untuk mencari suaka ke negara lain, karena situasi yang mereka hadapi di kamp sangat sulit. Kondisi itu membuat Atambua menjadi satu-satunya kota di NTT yanga mempunyai pengemis anak-anak dari kalangan eks pengungsi.
Selain listrik, seorang koordinator kamp di Tuapukan, sekitar 20 km arah timur Kupang Marcelino Lopez juga mengeluhkan masalah air bersih. "Belum pernah ada bantuan air bersih untuk kami di Kamp Tuapukan. Kami berusaha menggali sumur dan akhirnya dapat satu sumur sedalam 30 meter, yang kami pakai selama ini untuk berbagai keperluan," kata Marcelino.