Sabtu 03 Jul 2010 01:27 WIB

Harapan yang Tersisa dari Tragedi KA Logawa

Rep: Antara/ Red: Budi Raharjo
Kereta Logawa terguling
Foto: Arief Priyono/Antara
Kereta Logawa terguling

REPUBLIKA.CO.ID,MADIUN--''Allahu Akbar, Allahu Akbar, astaghfirullah, astaghfirullah. Ya, Allah kenapa kereta ini.'' Itulah teriakan para penumpang Kereta Api (KA) Logawa bernomor lokomotif CC 20156 jurusan Purwokerto-Jember yang terguling di Dusun Petung, Desa Pajaran, Kabupaten Madiun, Jatim, 29 Juni 2010.

Teriakan itu masih terngiang di benak seorang penumpang yang kini terbaring lemah diranjang rumah sakit. Salah satu kakinya dibalut perban yang disanggah kayu mulai dari lutut hingga telapak kaki. Sesekali keluar rintihan dari bibirnya. Mata gadis cilik itu menerawang menatap langit-langit ruangan. Masih terbayang jelas tragedi itu dalam ingatannya.

Saat itu, Erza yang baru berusia 11 tahun, duduk di gerbong dua paling belakang bersama ayah, ibu, dan kakaknya, menumpang KA Logawa dari Kebumen. Sekeluarga, mereka hendak pergi ke Jombang, Jawa Timur. Ia dan para penumpang lainnya sempat merasakan guncangan sebelum akhirnya kereta terlepas dari rel, terhempas, dan terguling.

Akibat gulingan tersebut, kaki sebelah kirinya patah dan harus dioperasi, sehingga ia terbaring di ruang perawatan Wijaya Kusuma C di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedono Madiun. ''Ayahnya, Zainuri (41) dan ibunya, Nafiah (41) mengalami luka di bagian kepala dan patah beberapa gigi. Keduanya dirawat di RSUD Panti Waluya, Caruban. Rencananya mau dipindah ke sini (RSUD Soedono) karena ibunya mencari-cari Erza terus,'' ucap paman Erza, Tukiman.

Beruntung, kakak Erza, Andy, tidak mengalami luka yang serius dalam tragedi kereta yang menewaskan beberapa orang itu. Ia hanya mengalami luka memar dan lecet. Dalam perjalanan nahas itu, keluarga Erza rencananya ingin pindah ke Jombang. Kini, ia tidak tahu lagi barang-barang yang dibawanya saat perjalanan, ada di mana.

Selain pakaian, mereka juga membawa surat-surat penting yang akan digunakan untuk pindah rumah itu. ''Semuanya hilang. Ijazah dan surat-surat penting lainnya tidak tahu ada di mana. Padahal, ijazah itu akan digunakan Erza untuk mendaftar sekolah baru di Jombang,'' ujar Tukiman lirih.

Tahun ini, ujar Tukiman, Erza masuk SMP. Rencananya, ia mau sekolah di Jombang, karena orang tuanya pindah bekerja di Jombang. Tukiman mengaku pasrah atas kecelakaan yang menimpa keluarga adiknya ini. Meski demikian, ia bersyukur karena saudaranya dalam peristiwa itu selamat. Ia hanya berharap agar adiknya dan keponakannya itu segera sembuh.

''Yang penting mereka selamat dan segera sembuh. Itu harapan saya. Soal surat-surat penting yang hilang, itu bisa diurus nanti,'' tuturnya sambil menatap Erza yang bersedih. Ia sengaja datang dari Ngudirejo, Diwek, Jombang untuk menunggui keluarga adiknya, itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement