Sabtu 17 Jul 2010 08:13 WIB

Tiga Alasan yang Mendorong Ilmuwan Nuklir Iran Kembali

Red: irf
Ilmuwan Nuklir Iran, Shahram Amiri
Foto: AP
Ilmuwan Nuklir Iran, Shahram Amiri

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Kembalinya Ilmuwan Iran, Shahram Amiri ke tanah airnya menimbulkan pertanyaan: Mengapa dia kembali? Pejabat Amerika mengatakan Amiri telah merekrut orang yang bersedia memberikan informasi intelijen AS mengenai program nuklir Iran. Sebagai imbalannya, Amiri dibayar 5 juta dolar AS, meskipun ia tidak bisa mengambil uang itu ketika dia terbang kembali ke Teheran minggu ini.

Amiri sendiri mengatakan ia diculik saat berada di Arab Saudi pada bulan Juni 2009. Itu memang mungkin terjadi. Tapi secara umum, orang-orang yang berada dalam tahanan CIA tidak mungkin memposting video di YouTube seperti yang dilakukan Amiri. Dengan demikian pengakuan bahwa dia diculik menjadi dipertanyakan.

Jadi apa yang terjadi? Amiri membelot (jika itu benar-benar dia) dan membuktikan dirinya merupakan manusia yang rumit. Dalam pembelotan itu ia gagal melakukan perekrutan orang. Kalau intelijen AS tidak menyimpan pembelot yang dapat menguntungkan negara baru, ia tidak puas.

Mungkin itulah sebabnya Vitaly Yurchenko kembali. Yurchenko adalah seorang perwira KGB yang membelot ke AS selama tugas ke Roma pada tahun 1985. Beberapa bulan kemudian, ia lari kembali ke Uni Soviet. Pada 1999 sebuah konferensi akademik, mantan deputi kepala CIA kontraintelijen Paulus Redmond mengeluh bahwa lembaga itu telah diperlakukan Yurchenko tidak baik.

Faktor manusia. Mungkin Amiri tidak menyukai berada di Amerika Serikat. Rasa bersalah mengalahkan dia. Mungkin dia sangat merindukan istri dan anaknya. Secara umum, CIA mencoba untuk mengambil seorang pembelot bersama keluarga mereka.

Hal ketiga yang juga berpeluang melatarbelakangi kepulangan itu adalah memang Amiri sudah merencanakannya. Kepulangan yang terencana ini bisa terjadi jika Amiri menjadi agen ganda bagi Iran juga AS.

 

sumber : The Christian Science Monitor
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement