Jumat 23 Jul 2010 21:50 WIB

Hujan Membuat Panen Padi Molor

Rep: Antara/ Red: Budi Raharjo
Lahan persawahan
Foto: Republika
Lahan persawahan

REPUBLIKA.CO.ID,KAPUAS--Hujan yang masih terus turun hingga saat ini telah mengubah jadwal musim panen padi di beberapa lokasi sentra persawahan di Kalimantan Tengah. ''Seharusnya Juli ini sudah panen padi, tetapi karena persawahan yang selalu tergenang air, akhirnya padi belum berbuah dan diperkirakan panen bisa bulan Agustus atau September,'' kata Muhamad, petani di Desa Palingkau, Kabupaten Kapuas, Jumat (23/7).

Menurut Muhamad, musim belakangan ini benar-benar kurang bersahabat, dan telah merusak jadwal peroses penanaman padi hingga panen. Padahal seandainya musim seperti sebelumnya maka diperkirakan sekarang petani sudah panen secara merata.

Dengan kondisi air yang dalam di persawahan maka anakan padi tidak banyak, hingga padi tumbuh dan berkembang tidak sebagaimana mestinya. Saat ini pun padi belum tampak akan berbuah.

Biasanya pada Juli batang-batang pagi sudah terlihat lebih gemuk dari biasanya pertanda padi segera mengeluarkan bunga dan berbuah. Tetapi sekarang hanya sebagian yang tampak gemuk selebihnya tetap kurus dan tak berkembang.

Karena itu para petani berharap hujan segera berakhir agar padi segera berbuah dan panen segera dilakukan masyarakat. Sementara di Palangkaraya, harga beras lokal terus melambung harganya setelah persediaan gabah di tangan petani terus berkurang, hal itu disebabkan molornya musim panen belakangan ini.

Harga gabah varietas lokal jenis siam mutiara yang tadinya Rp 9.000 per kilogram sekarang sudah menjadi antara Rp 14.000-R p17.000 per kilogram. Sedangkan beras siam karandukuh yang tadinya Rp 7.000 per kini sudah mencapai Rp 13.000 per kilogram, begitu juga siam lantik berkisar seharga itu pula.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement