REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Aksi menolak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) belum juga berhenti di Yogyakarta. Sabtu (7/8), puluhan massa warga Yogyakarta menggelar aksi sebagai awal untuk menggalang ''Gerakan Nasional Batalkan Kenaikan TDL''.
Massa ini turun ke Jalan Malioboro dan berjalan menuju perempatan kantor pos besar. Aksi ini diikuti sekitar 30 organisasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Yogyakarta. Sampai di perempatan kantor pos, para demonstran ini membakar replika lampu bohlam listrik dan juga replika tabung gas elpiji 3 kilogram.
Menurut koordinator aksi itu, Aslihul Fahmi Aliya, dengan menaikkan TDL, pemerintah dinilai semakin menunjukkan sikapnya yang tunduk kepada pemerintah atau lembaga keuangan asing. Ia menuturkan, kebijakan pemerintah yang mencabut sebagaian subsidi listrik dengan cara menaikkan TDL sebenarnya dimaksudkan lebih untuk mengumpulkan dana untuk membayar utang pemerintah kepada pihak asing, bukan untuk pendanaan pembangunan untuk kepentingan rakyat.
''Bohong kalau pemerintah mengatakan subsidi listrik membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebenarnya APBN lebih terbebani oleh utang pemerintah pada asing,'' kata dia.
Ia mengakatan pembayaran cicilan pokok dan bunga utang pemerintah saat ini sudah mencapai Rp 237 triliun dalam APBN 2010. Sedangkan subsidi listrik hanya Rp 55,1 triliun.
''Kebijakan pemerintah mencabut subsidi listrik adalah kebijakan yang berpihak pada kepentingan asing karena biaya kesejahteraan rakyat dialihkan untuk pembayaran cicilan bunga hutang,'' kata Aslihul. Dia juga menambahkan pemerintah tak peduli lagi dengan dampak kenaikan TDL ini.