Jumat 20 Aug 2010 04:44 WIB

Swasembada Gula Perlu Peningkatan Daya Saing

Rep: Shally Pristine / Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Peningkatan daya saing mutlak dilakukan untuk mencapai swasembada gula di 2014. Demikian ungkap pengamat pertanian, Anton Apriantono.

''Peningkatan daya saing nasional mutlak dilakukan karena pemerintah tidak mungkin lagi melakukan perlindungan dengan penetapan harga,'' katanya dalam Diskusi Gula Nasional 2010, di Jakarta, Kamis (19/8).

Menurut Anton, saat ini kondisi pabrik gula di Jawa bersifat semu karena pemerintah tetap melindungi inefisiensi dan produktivitas yang rendah. ''Dalam jangka pendek, industri gula di Jawa akan kolaps karena tidak didukung oleh sistem yang sehat,'' ucapnya.

Peningkatan daya saing ini, kata Anton, termasuk meningkatkan kualitas di on farm dan off farm. Misalnya, memperbaiki teknik berkebun tebu hingga bisa menghasilkan rendemen yang tinggi. ''Kalau rendemennya bisa 10 persen, kita bisa swasembada tanpa melakukan perluasan lahan. Tentu juga dengan meningkatkan efisiensi pabrik gula,'' katanya.

Selain itu, Anton mempertanyakan pelaksanaan kebijakan pengalokasian bea masuk impor gula untuk perbaikan industri ini. Dia menuturkan, sempat disepakati bahwa anggaran yang terkumpul dari bea masuk itu akan digunakan untuk peningkatan produktivitas kebun dan pabrik gula. ''Juga untuk pembangunan pabrik gula baru. Ini investasi untuk masa depan,'' ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement