Rabu 25 Aug 2010 00:30 WIB

Kabar Pengambilan Paksa Organ Tubuh Anak Kian Meresahkan

Rep: Prima Restri Ludfiani/ Red: Arif Supriyono
Ilustrasi penculikan anak.
Foto: jak-tv.com
Ilustrasi penculikan anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Isu dan teror melalui layanan pesan singkat atau short message service (sms) soal penculikan anak untuk diambil organ tubuhnya di Bogor dan Tangerang mulai kian meresahkan masyarakat. Komisi Nasional Perllindungan Anak (Komnas PA) yang diminta masyarakat untuk melakukan penyelidikan kasus ini belum berhasil menemukan adanya korban.

''Sampai saat ini Komnas PA belum berhasil menemukan korban. Semua masih berupa informasi dan isu,'' tutur Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, Rabu (24/8). Komnas PA sudah tiga hari melakukan investigasi terhadap informasi dari masyarakat ini tapi belum bisa menemukan korban.

Komnas PA saat ini justru sedang berkonsentrasi untuk meredakan amuk masa terhadap orang yang dicurigai melakukan aksi penculikan dan pengambilan organ tubuh pada anak ini.''Kami masih berusaha untuk meredakan keresahan masyarakat terhadap isu ini,'' tutur Arist.

Isu yang beredar ini menyebutkan sudah ada korban meninggal maupun luka-luka. Masyarakat pun kian resah dan cenderung main hakim sendiri. Seperti kasus di Tangerang yang menyebabkan tewasnya orang yang dicurigai sebagai penculik dan juga di Bogor yang memicu amuk masa terhadap orang tak dikanal yang dicurigai warga.

Arist juga memaparkan, bahwa perkembangan terakhir yang diterimanya, isu juga sudah meresahkan warga Bekasi.''Mereka juga sudah meminta Komnas PA untuk segera melakukan penyelidikan terhadap isu ini,'' paparnya.

Belum ditemukannya korban maupun keluarga korban penculikan anak yang dikabarkan organnya dijual ini, Arist menduga, juga disebabkan masih takutnya pihak-pihak yang mengetahui untuk lapor. Mereka diduga takut untuk melapor lantaran tidak ingin bernasib sama: dikeroyok masa yang membawanya pada ajal.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement