Selasa 07 Sep 2010 02:31 WIB

Mengaku Gay, Pastor Gereja di Malaysia Dikecam

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Ouyang Feng Wen, pastor asal Malaysia yang mengaku gay.
Foto: THE STAR
Ouyang Feng Wen, pastor asal Malaysia yang mengaku gay.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR--Masyarakat Malaysia geram dan marah ketika salah seorang pastor mengurus pengesahan dirinya sebagai seorang gay. Kemarahan itu dipicu kian meluasnya homoseksual di negara itu.

Selama ini, dalam upaya membendung homoseksual, pemerintah Malaysia memberi hukuman penjara 20 tahun kepada warga negaranya yang mengaku gay. Meski ditekan, pastor bernama Ouyang Feng Wen tetap mendirikan geraja khusus bagi komunitas gay Malaysia. Gereja itu beroperasi secara sembunyi-sembunyi dipinggiran Kuala Lumpur.

Selama beberapa tahun belakangan, Ouyang tercatat sendirian berjuang meneriakan perlakuan yang sama terhadap gay. Perjuangan itu segera mendapat respon dari komunitas gay yang selama ini bersembunyi diberbagai wilayah di Malaysia. "Kami mendorong banyak orang yang mendukung pendirian gereja," ungkap pria yang pernah menikah selama 9 tahun ini seperti dikutip dari Alarabiya, Ahad (5/9).

Dia juga mengatakan seorang gay atau lesbian bukanlah sesuatu yang diinginkan. Karena itu, dirinya menilai seharusnya gereja mendukungnya. "Ketika saya masih muda, saya begitu berharap ada seseorang yang begitu terhormat dan terpandang di masyarakat untuk ikut berjuang dan mengatakan kepada saya, bahwa dirinya juga seorang gay," tutur pendeta berusia 40 tahun itu.

Apa yang diperjuangkan Ouyang memang terbilang tabu, bahkan jauh lebih tabu ketimbang persoalan rasial dan agama seperti yang terjadi di Malaysia. Selama ini, komunitas gay Malaysia selalu berhubungan melalui dunia maya. Mereka beroperasi secara tersembunyi-sembunyi guna menghindarkan diri dari penangkapan. Secara rutin pemerintah Malaysia melakukan penggerebekan di sejumlah lokasi panti pijat atau bar khusus gay,

Tahun 2008 lalu, komunitas gay Malaysia tampil secara terbuka melalui ajang "Seksual Kemerdekaan". Acara itu terinspirasi dengan ajang serupa yang terjadi di Nepal, India dan Thailand serta Indonesia. "Kami pikir, hal serupa harus dilakukan di Malaysia. Kami coba memberitahu identitas kami kepada publik. Anda memiliki hak atas orientasi seksual anda meski negara tidak mengakui," tutur Pang Khee Teik, seorang pemilik galeri seni di Kuala Lumpur.

Melalui gerakan komunitasnya, kata Pang, mereka mengharapkan hukuman terhadap prilaku sodomi dan oral seks dicabut. Karena menurut dia, undang-undang tersebut berbau diskriminasi. Sementara itu, ihwal festival Pang mengaku acara tersebut nantinya menakup pembicaraan, pertunjukan musik, dan pemutaran film. Pang mengungkap di tahun 2008 lalu, pengunjung yang datang mencapai 400 orang. Khusus tahun ini, dia memprediksi total pengunjung mencapai 800 orang.

Menanggapi rencana tersebut, pemuka agama islam Malaysia mengutuk keras rencana tersebut. Bahkan di tahun 2008 lalu, badan keagamaan Malaysia mengeluarkan fatwa larangan terhadap lesbian dan gay.

Salah seorang ulama Malaysia, Harussani Zakaria mengatakan homoseksualitas merupakan bentuk ketidakbersyukuran terhadap pemberian Tuhan. "Homo seksualitas adalah hal yang buruk. Allah SWT telah menciptakan Pria dan Wanita berpasang-pasangan. Bagaimana bisa pria dengan pria dan wanita dengan wanita," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement