REPUBLIKA.CO.ID,MAKASSAR--Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menyatakan, sebagian besar kakao yang diekspor oleh Malaysia, berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel). "Selama ini, banyak orang yang menyatakan Malaysia merupakan pengekspor kakao yang cukup besar, padahal dari fakta yang ada, 60 persen kakao tersebut diambil dari Sulsel," tuturnya.
Dari data yang diperolehnya, ekspor kakao Malaysia ke sejumlah negara sebesar 400.000 ton hingga 450.000 ton. Padahal, Malaysia hanya mampu memproduksi kakao sebanyak 200.000 ton. "Ini berarti, sekitar 250.000 ton kakao yang diekspor oleh Malaysia diambil dari daerah kita, tapi negara yang terkenal sebagai penghasil kakao terbesar adalah Malaysia," ungkapnya.
Menurutnya, kakao yang dihasilkan oleh petani Sulsel banyak yang diambil oleh perusahaan Malaysia yang beroperasi di Sulsel, dan kemudian perusahaan tersebut yang mengirimkan ke Malaysia baik dalam bentuk biji kakao maupun kakao yang telah diolah. Kakao yang sudah dikirim ke Malaysia ini yang nantinya diekspor ke beberapa negara. "Dari fakta ini jelas menunjukkan bahwa gelar Malaysia sebagai negara penghasil kakao terbesar tidak tepat, karena jika dibandingkan dengan Sulsel saja, produksi kakao di negara tersebut tidak seberapa," ujarnya.
Ia mengatakan, fenomena ini merupakan pelajaran sangat berharga dan secara langsung memberikan pesan agar petani kakao harus semakin diberdayakan, mulai dari tahap produksi hingga pasca produksi.Hal ini, lanjutnya, bisa terjadi jika para pengusaha asal Sulsel bisa kembali memberdayakan potensi ekonomi tersebut.