Selasa 21 Sep 2010 04:33 WIB

Mendagri: Mahalnya Biaya Pilkada Bisa Picu Korupsi

Mendagri Gamawan Fauzi
Mendagri Gamawan Fauzi

REPUBLIKA.CO.ID, MENADO--Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengatakan biaya pemilu kepala daerah yang terlalu mahal dapat menjadi penyebab seorang kepala daerah melakukan korupsi. "Karena biaya pilkada itu mahal sekali, bisa menghabiskan sekian puluh miliar rupiah," katanya, di Manado, Senin, menjawab pertanyaan tentang penyebab kepala daerah terlibat kasus korupsi.

Dalam suatu kesempatan Mendagri pernah mencontohkan biaya yang dikeluarkan seorang calon kepala daerah untuk pilkada mencapai puluhan hingga ratusan miliar rupiah. Sementara, gaji seorang kepala daerah, katanya, tidak cukup untuk membayar keseluruhan biaya pilkada tersebut. Sehingga muncul pendapat salah satu pemicu kepala daerah melakukan korupsi adalah untuk membaya biaya pilkada yang mahal.

Selain biaya pilkada yang mahal, Gamawan mengatakan penyebab kepala daerah melakukan korupsi karena ada niat untuk memperkaya diri, bukan untuk mengabdi pada masyarakat. "Kalau niatnya menjadi kepala daerah untuk mengabdi, mudah-mudahan tidak ada yang korupsi," ujar Gamawan yang ditemui setelah pelantikan Gubernur Sulawesi Utara SH Sarundajang dan Wagub Djouhari Kansil, untuk periode 2010-2015.

Lebih lanjut Gamawan mengatakan, penyebab lain sehingga kepala daerah tersangkut kasus korupsi adalah karena ketidaktahuan atas aturan. "Bisa karena (kepala daerah) keliru, seperti salah mengambil keputusan sehingga masuk penjara," katanya.

Untuk menghindari kepala daerah yang masuk penjara karena ketidaktahuan atas aturan, Mendagri mengatakan Kementerian Dalam Negeri akan menyelenggarakan orientasi bagi bupati/wali kota yang baru. Orientasi tersebut dilaksanakan selama tiga minggu dengan materi yang beragam. Rencananya, orientasi bagi bupati/wali kota terpilih periode 2010-2015 akan dilaksanakan pada tahun ini.

sumber : Ant
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement