REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Sekitar 50 persen mortir yang digunakan untuk latihan prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat di Batalyon Infanteri 403 Wirasada Pratista Yogyakarta berusia di atas 20 tahun, dan mulai rusak. "Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Batalyon Infanteri (Yonif) 403 Wirasada Pratista, tetapi juga dialami seluruh Yonif di Indonesia," kata Perwira Sistem Senjata Pusat Infanteri Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) Kapten Infanteri Zainal Abidin, di sela latihan menembak menggunakan mortir di Lapangan Pancasila Yonif 403 Wirasada Pratista, di Yogyakarta, Selasa.
Oleh karena itu, kata dia, pengadaan mortir baru untuk latihan bagi prajurit TNI AD sudah sangat mendesak, tetapi juga tergantung dari ada atau tidak anggaran untuk membeli. Menurut dia, jika memiliki anggaran, TNI AD akan membeli mortir generasi terbaru produksi PT Pindad.
Zainal mengatakan kemampuan dan profesionalisme prajurit TNI AD berbanding lurus dengan ketersediaan sarana latihan, seperti mortir.
"Latihan menembak dengan mortir dilakukan setiap tiga bulan sekali, dan melalui latihan kali ini diharapkan mampu meningkatkan kemahiran prajurit dalam mengoperasikan alat peluncur mortir," katanya.
Dalam latihan selama dua hari, 27-28 September 2010, kata dia prajurit Yonif 403 Wirasada Pratista Yogyakarta masih menggunakan mortir latih. "Tiga bulan mendatang para prajurit akan berlatih menembak menggunakan mortir yang sebenarnya," katanya.
Selain untuk melatih keterampilan prajurit dalam menembak menggunakan mortir, menurut dia, latihan juga dimaksudkan untuk mengumpulkan data kualitas serta kuantitas mortir yang digunakan Yonif 403 Wirasada Pratista Yogyakarta sebagai sarana latihan.
"Dalam latihan ini kami juga menguji coba mortir generasi terbaru buatan PT Pindad dari beberapa versi yang diproduksi, sehingga bisa menentukan versi mana yang sekiranya cocok digunakan TNI AD," katanya.